Monday, September 27, 2004

Rumah Pisau Terbang


Spoiler Alert!!!!
Kalo mau nonton kisah cinta picisan khas film cina, gak usah filmnya Zhang Yimou!!

Film-film karya Zhang Yimou selama ini selalu memiliki keunikan dan ciri khas yang istimewa. Beberapa filmnya yang telah saya tonton: Not one Less, The Road Home, Shanghai Triad, Raise the Red Lantern, Happy Times, bahkan yang saya tonton tanpa teks: To Live dan Ju Dou, tercatat sebagai film-film yang berbekas di hati, menyentuh, membuat tertawa dan menangis. Gambaran kondisi sosial dan budaya masyarakat cina merupakan tema langganan ZYM. Ada kisah tentang para tokoh sederhana dan polos dalam menghadapi konflik kemasyarakatan dan perubahan sosial. Perkembangan karakter yang sangat manusiawi sebagai reaksi dari konflik-konflik yang terjadi memberikan daya tarik dari cerita-cerita karyanya.

Lalu muncullah film Hero. Terobosan luar biasa. Film kungfu pertamanya ini digarap dengan sungguh2 dan mencapai ketenaran dengan sukses. Keunikan plot cerita dan permainan warna merupakan keistimewaannya. Ditambah lagi para pemeran yang selain populer juga memiliki kualitas akting andalan. Maggie Cheung dan Tony Leung yang telah mendapat berbagai penghargaan sebelumnya, Jet Li dengan kung-funya yang telah banyak dikagumi, dan Zhang Zi Yi yang tenar sejak bermain di The Road Home dan Crouching Tiger. Selain Zi Yi, belum ada yang pernah bermain di film Zhang Yimou sebelumnya.

House of Flying Daggger, film kungfu yang berikutnya tentu telah dinantikan. Pemeran2 populer juga dipersiapkan: Takeshi Kaneshiro, Andy Lau, dan Zhang ZiYi lagi. Bagaimana mungkin saya tidak penasaran ketika mendangar film itu akan dirilis.

Warna, pemandangan, kostum, koreografi dan visual efek di film ini memang cantik. Tapi saya merasakan kehampaan yang tidak pernah ada di film karya ZYM yang lain. Inti ceritanya apa? Cinta segitiga? Cinlok? Hal yang sangat tidak penting. Permasalahan awal mengenai pencarian ketua sekte Flying Dagger sejalan alur cerita menjadi tidak sepenting konflik percintaan tokoh-tokohnya.

Cerita film ini hanya mencakup sepenggalan dari tipe kisah legenda kungfu yang biasanya banyak diangkat. Itupun, kalau mau yang lengkap, mending menonton Crouching Tiger Hidden Dragon. Perebutan senjata pusaka, jurus-jurus andalan, skandal cinta, petualangan, cewe nyamar jadi cowo, racun dan penangkalnya, dan sebagainya. Ciri khas kisah cinta picisan cina: sekarat di pelukan kekasih, sambil sempat mengucapkan kata2 perpisahan pun ada. Nah, di film HOFD, adegan Xiao Mei (Zi Yi) yang sekarat sampai berulang tiga kali. Saya sendiri tekejut ketika ternyata dia belum mati juga. Tau-tau, matanya masih bergerak, berbisik2, bahkan sempat dia berdiri, tumbang lagi, dst.

Film romantika picisan yang menyentuh dan mengharukan kadang saya suka juga. Beberapa sutradara punya sentuhan tersendiri. Sam Pek Eng Tay (The Lovers) karya Tsui Hark contohnya, bagi saya lebih menarik. Latar belakang dibalik kisah cinta pasangan tokohnya cukup kaya dan bermutu. Tambah lagi, permainan gambar dan musiknya yang membentuk suasana méhé- méhénya menjadi karya seni yang mengagumkan. Beberapa drama romantis dengan setting modern juga terkadang lebih cocok buat saya, seperti Commrade, Almost a Love story & Sausalito (apalagi karena di keduanya ada Maggie Cheung)

Untuk film House of Flying Dagger ini, saya terharu tidak, tersentuh pun tidak, apalagi berpikir.
Hanya sebatas mengagumi gambar dan warna2nya saja dan musiknya yang enak di telinga.
Satu hal lagi: Kaneshiro dan Andy Lau gak cocok berkostum pendekar. Lebih cocok jadi gangster.