Tuesday, December 20, 2005

SAMBEL DADAK


Berhubung Sambalado ini kurang menyambal, baiklah kembali saya posting salah satu resep kesukaan saya.


BAHAN-BAHAN:

  • Cabe Merah
  • Bawang Merah
  • Gula Merah
  • Tomat merah (kok merah semua ya..?)
  • Terasi
  • Cengek
  • Jeruk Sambel
  • Garam

Seperti biasa, semua bahan ditakar SECUKUPNYA

ALAT-ALAT

Namanya juga buat sambel, harus ada mutu dan coet (batu buat ngulek)
Sendok
Pisau
Talenan


CARA MEMBUAT

Ulek cengek, bawang dan garam, tambah gula merah dan terasi. Setelah rata, tambahkan cabe merah yang diiris kasar, ulek lagi, tambahkan irisan tomat, ulek sampai rata. Teteskan Jeruk sambel secukupnya.
Hidangan siap disantap

Tips 1: Kehalusan ulekan bisa disesuaikan dengan selera.

Tips 2: Sambel ini bisa diulek dan dimakan mentah, jangan lupa cuci yang bersih (jangan pake sabun). Tetapi, terasi baiknya yang mateng, goreng dulu. Biar agak "mati lado" bisa disiram dengan sedikit minyak goreng panas setelah diulek.

Tips 3: Bila terlalu pedas, tambahkan gula merah. Bila kemanisan, tambahkan cabe dan garam... demikian seterusnya. Prinsipnya sama aja dengan pencok leunca =p

SELAMAT MENCOBA!!!

Saturday, October 29, 2005

Time and Time Again


Time does nothing
Time changes nothing
Time answers nothing

WE do it to ourselves
WE change our life
and WE find the answers

Sunday, October 09, 2005

Wangi Masa Lalu


Aku menyebutnya, wangi masa lalu
Saat lintasan memori muncul bersama udara yang kuhirup
Di suatu tempat, di suatu masa
seolah aku kembali bernafas di sana, di saat itu, dengan segala yang kurasa
Hanya sehembusan nafas, wangi itu kembali membaur ke udara
dan aku kembali ke tempatku berada
Semua sudah berlalu

Saturday, October 08, 2005

Ikutan Ngomel













Everything you see exist together in a delicate balance. As King, you must understand that balance, and respect every creature from the crawling ants, to the leaping antelopes…”
“But, Dad.. don’t we eat the antelopes?”
“Yes Son but let me explain. When we die, our bodies become the grass, and the antelopes eat the grass. And so, we are all connected in the great circle of life


Begitulah dialog Simba dan ayahnya, Mufasa, dalam film The Lion King (Walt Disney, 1994). Romantis benar kehidupan alam liar itu. Bandingkan dengan kehidupan kita di sini: Harga BBM melonjak, tarif segala jenis transportasi ikut naik, bahan pokok makanan mahal, harga barang lainnya ikutan meninggi, daya beli menurun, kebutuhan hidup tak terpenuhi, kurang gizi, pegawai menuntut naik gaji, pengusaha bingung: omzet menurun, biaya produksi naik…(??)
.......
Biarlah ahlinya yang tahu seperti apa sebenarnya siklus perekonomian berlaku di negeri ini, apa dampak dari setiap peristiwa dan suatu keputusan. Mungkin ada yang mengerti. Siapa yang berada pada tahap pertama dalam siklus ini, yaitu yang menerima langsung dampak dari kenaikan harga? Lalu kemana berputarnya uang yang diterima? Benarkah suatu bentuk keseimbangan baru akan berlaku?


Some say eat or be eaten
Some say live and let live
But all are agreed as they join the stampede
You should never take more than you give

In the circle of life .....


Sunday, October 02, 2005

Saturday, September 24, 2005

Tegal Panjang




Setelah 8 tahun, 8 tahunn!!!!! dan 4 kali mendatanginya, semilir angin itu masih tetap sama menyejukkan. Rekahan tanah dan aliran sungai kecil itu masih tetap ada. Pegunungan di sekitarnya tetap berdiri

Tapi banyak yang berubah. Pada rasa dan jiwa, buah pikir dan pengalamanku.
Ya, aku bertambah dewasa dengan segala konsekuensinya.



Tegal Panjang dan gemuruh angin
Aku kembali menghirup wangi ilalang



Tuesday, September 20, 2005

It's a Small World


Written by: Richard M. Sherman and Robert B. Sherman
It's a world of laughter
A world of tears
It's a world of hopes
And a world of fears
There's so much that we share
That it's time we're aware
It's a small world after all

There is just one moon
And one golden sun
And a smile means
Friendship to ev'ryone
Though the mountains divide
And the oceans are wide
It's a small world after all

It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small, small world

Monday, August 15, 2005

Dari suatu masa



Baru ketemu di buku catatan segala waktu SMA.
Rasanya lucu, ingat-ingat masa dahulu hihi..

Alam Murni

Gemuruh angin kesejukan
Gemuruh air kehidupan
Gemuruh api cahya gulita
Gemuruh bumi, gemuruh hati

Tiupan angin damaiku
Tetesan air hidupku
Percikan api semangatku
Hamparan bumi tanah negeriku

Sebersit rindu di hati
Kapan kan kembali
ke alam nan asri
tempat kasih bersemi

Sedih dan derita
hilang sirna seketika
Kemurnian sejati
Cinta yang abadi


Pertengahan taun 1997 getuh


Lagi "memadu".... =p

Monday, August 01, 2005

Lewatt

Same feeling, same evil
past-present without future..

Tuesday, July 05, 2005

The Pesimist

2 Bulan hidup di Jakarta bisa bikin hampir gila. Mungkin puncaknya adalah saat saya tumbang terserang flu berat karena "homesick" kayanya sih. Dipikir-pikir, betapa hebatnya sebagian besar teman saya yang memilih berjuang di Jakarta. Biaya kos, makan dan ongkos hampir dua kali lipat Bandung. Oh.. bukan itu masalahnya. Orang yang berduit pun harus menghadapi macet, bising dan sesaknya udara (saat keluar dari mobil ber-ACnya) Ibu Kota.
........
Naik-turun meloncati bis-bis yang tidak direm sempurna dan benar-benar menepi, membuat saya merasa seperti koboy jagoan yang sama sekali tidak keren. Terjebak kemacetan bersama bisingnya metro mini, kopaja dan bajaj, ingin rasanya menjerit stress..tapi hadapilah sayang, inilah tantangan kehidupan. Hanya 2 bulan..hanya 2 bulan..

Kadang tergoda juga saya untuk menaklukkan jakarta. (Katanya) kita tidak bisa maju jika hidup di kota Bandung. (Katanya) Jakarta adalah tempat mengembangkan diri, untuk orang-orang yang ingin maju. Selain itu, semakin lama kesepian juga tertinggal di Bandung. Tapi dengan berada di jakarta pergaulan dan interaksi kita menjadi agak terbatas. Ini tentu akibat masalah mobilitas. Jauhnya jarak tempat tinggal membuat hampir tidak mungkin untuk saling mengunjungi teman, kecuali benar-benar punya waktu luang yang cukup. Alternatif untuk bertemu adalah janjian di mall-mall yang cukup strategis, berkeliling di dalamnya, atau ngafe entah di mana. Tidak menarik. Sebutlah saya lemah.

Ternyata, ketika kembali ke Bandung, saya juga menemukan beberapa hal yang cukup membuat "frustrasi". Paspati yang megah sudah dioperasikan. Sekitar tempat mendaratnya di jalan suci dilakukan penyesuaian jalur. Kendaraan-kendaraan harus berputar-putar demi (katanya) menghindari kemacetan. Dengandemikian, lampu merah di prapatan2 sekitar gasibu tidak perlu dioperasikan selain kerlap-kerlip lampu kuningnya. Alur kendaraan terus bergerak. Lalu, bagaimana kami menyeberang?

Pohon-pohon angsana yang menaungi jalan surapati dengan lorong dedaunannya ditebangi. Dibabat mendadak, mulai dari depan jalan masuk ke kompleks tempat saya tinggal. Memang bayi-bayi pohon pengganti (yang jumlahnya tak seimbang dengan yang ditebang) telah ditanami. Tetapi, dengan rencana pelebaran jalan yang sepertinya akan segera dilakukan, berapa lama lagi jalan ini menjadi jalan raya teduh di bawah atap dedaunan yang sangat saya banggakan...

Kini saya hanya bisa menghela nafas panjaaang...menikmati udara Bandung (yang bagaimanapun masih jauh lebih segar) dan sedikit kelegaan. Mungkin saya akan kembali ke jakarta, bergabung dengan pola hidup seperti teman-teman yang lain sampai lama-lama saya pun bisa menikmatinya dengan menghargai kebahagiaan sekecil apapun yang ditemukan dalam keadaan seburuk apapun. Atau saya masih akan bertahan sambil melihat Bandung yang terus berubah.
Apapun, OPTIMIS DONG!!!!

Wednesday, June 08, 2005

jekate


Dipikir-pikir, melihat mekanisme transportasi menggunakan kendaraan angkutan umum KOPAJA dan Metro Mini di Jakarta, mana ya yang membutuhkan kualifikasi paling tinggi dalam keberanian menempuh bahaya:
Sopirnya
keneknya
atau penumpangnya?

Tuesday, April 05, 2005

Suksesi

Seperti pepatah: Takkan lari gunung dikejar (garing banget ih kalimat pembukaan kaya gini), sebuah gunung bisa tak berubah sampai ratusan tahun. Tetap di tempatnya. Setelah bertahun-tahun kita daki kembali, kita bisa melihat jalur yang dulu dilewati dengan keadaan tetap sama. Pemandangan yang sama, tanjakan yang sama, dan puncak yang sama. Hanya kehidupan di atasnya yang terus berganti dalam siklus alam.

Suatu saat kekuatan alam akan mengubah bentuknya. Bumi yang terguncang memecah runtuh segala pijakan. Semburat magma yang termuntahkan mengalir dalam bara. Kehidupan pun musnah, hangus.. mendatangkan sakit dan sepi. Sampai berapa masa terlalui, nyawa-nyawa baru akan muncul. Mengisi warna lereng dan lembah. Manusia, tumbuhan dan hewan memulai siklus baru.

Wajah gunung telah berubah, namun Ia masih di sana. Sampai nanti.


Tuesday, March 15, 2005

Apaan tuh??

Titipan Illahi sebagai program syiar Ramadhan terbaik (atau apaan sih yang ada di tulisan semacam footnote waktu opening title)...??? Siapa sih yang ngasih penilaian itu? Toloong cerdaskanlah bangsa Indonesia, terutama jangan permalukan agama Islam dengan sinetron macam itu lagi. Lagipula, apanya yang berisi “syiar Ramadhan” bahkan "syiar Islam” di sinetron itu? Bukan maksud sok alim, tapi keterlaluan dah...

Btw, belum tamatkah??

Telenovela la lala la....

Kalau kita terjebak dalam suatu pola yang begitu membosankan, maka tentunya beberapa hal yang kontras akan menarik perhatian, bahkan mungkin membuat kita menyukai hal itu.

Tanpa benar-benar punya niat menontonnya, apalagi menjadi pengikut setia, saya memantau fenomena telenovela sejak kemunculannya pertama kali. Bisa dikatakan terpaksa, karena itulah yang ditonton ibu, nenek, dan para pembantu di rumah, plus memang saya yang kurang kerjaan barangkali.

Jangan menjudge sesuatu yang tidak kita pahami.
...........
Setelah mengenal beberapa judul yang waktu itu sedang beken di beberapa stasiun tv, saya menemukan pola yang sama dari cerita-cerita itu. Membosankan, gak logis, mehe-mehe, bertele-tele, pembodohan, dan berbagai cercaan bisa saya keluarkan.

Tapi, ketika menemukan suatu cerita yang terasa berbeda bahkan unik dan memiliki nilai-nilai yang cukup bermutu, saya pun langsung menghargainya bahkan menjadikannya favorit. Sampai sekarang ada beberapa judul yang masuk list telenovela fave saya.

Belakangan memang semakin banyak variasi telenovela,yang polanya tidak terlalu klise lagi. Tetapi memang sudah tidak menarik lagi bagi saya.

Jadi ingat, pertengkaran panjang dengan seseorang yang kekeuh mengatakan semua telenovela itu jelek, dengan alasan-alasan entah apa, yg sebenarnya juga saya setujui. Tapi, saya juga kekeuh bahwa ada beberapa yang bisa dianggap cukup bagus dengan alasan-alasan tertentu juga. Pendapat saya tidak diterima bahkan tidak dihargai, dan orang itu adalah seorang mantan kabid kine klub LFM.

So, kalau saya menyukai suatu hal dengan alasan-alasan yang bodoh dan subjektif sekalipun, tidakkah itu hak saya sebagai seorang apresiator?

Wednesday, January 19, 2005

Graciella..la...la..la



Dari sekian banyak hepi ending di telenovelatina, kenapa Graciella mesti mengalami kisah yang tragis? ihiks...
Yap, saya BUKAN penggemar telenovelatina (buat yang gak tau, maksudnya cerita serial di televisi yang bertele-tele dari amerika latin) tapi ada beberapa yang saya anggap cukup menarik, dengan cerita yang rada berbeda dari tipikal, atau juga karena sesuatu hal spesifik yang menarik bagi saya.

"ESMERALDA" bukan salah satunya. Tapi kisah tambahan di tele(dsb) tersebut dengan karakter Graciella cukup menyentuh saya. Ya karena alasan di kalimat pertama di atas. Adegan kematian Graciella yang kurus lemah pucat pasi akibat over dosis sempat memeras emosi, yah walau hanya setitik..setitik air mata, tapi luar biasa karena tak ada adegan di telenovela lain yang bisa memberi kesan seperti itu....

Sekarang Esmeralda sedang diputar ulang di SCTV (??) saya sih gak ngikutin, cuma kadang ketonton, dan melihat proses menjelang kehancuran Graciella, rasanya hati ini sedikit sesak (eugh). Entah masih berapa episode lagi, apakah kematian dramatis tsb akan ketonton lagi. Antara rindu pada adegan itu dan takut juga menyaksikan kisah sedih yang mengecewakan. Tambah kecewa lagi karena tokoh utamanya alias si Esmeralda mah balikan jadian lagi (huh)

Friday, January 14, 2005

Ordinary




Saat memiliki kehidupan yang tidak biasa, betapa inginnya menjadi biasa-biasa saja. Saat menjadi biasa, betapa inginnya untuk berbeda, lalu kembali menginginkan hal yang biasa lagi...
Betapa keras perjuangan mencari apa yang kurang dalam hidup, tapi setelah semua yang tadinya dicari ada di hadapan, justru lalu mencari-cari ketidak-lengkapan, sehingga hidup pun kembali menjadi tidak lengkap, dan mungkin memang akan selamanya demikian.