Thursday, April 08, 2021

L'Hirondelle (The Swallow)

Théophile Gautier


Je suis une hirondelle et non une colombe ;
Ma nature me force à voltiger toujours.
Le nid où des ramiers s’abritent les amours,
S’il y fallait couver, serait bientôt ma tombe.

Pour quelques mois, j’habite un créneau qui surplombe
Et vole, quand l’automne a raccourci les jours,
Pour les blancs minarets quittant les noires tours,
Vers l’immuable azur d’où jamais pleur ne tombe.

Aucun ciel ne m’arrête, aucun lieu ne me tient,
Et dans tous les pays je demeure étrangère ;
Mais partout de l’absent mon âme se souvient.

Mon amour est constant, si mon aile est légère,
Et, sans craindre l’oubli, la folle passagère
D’un bout du monde à l’autre au même cœur revient.

The Swallow

I am a swallow, nothing like a dove ;
My nature is to fly eternally,
The nest in which the pigeons find their love
Covered from sight, would be like death to me

I live in battlements and parapets,
When autumn falls I fly on the wind’s breath,
Leaving black towers for snow-white minarets,
Fly to the constant blue: no rain, no death

No sky can hold me, nothing stays my flight,
Each land I pass through never less the stranger,
My absent friends living within my soul.

My love’s eternal if my wing is light
And, unforgotten, this eternal ranger
Across the world stays steadfast to my goal.

Tuesday, August 06, 2019

They say in the end true love prevails 
But in the end true love can't be no fairytale 
To say I'll make your dreams come true would be wrong 
But maybe, darlin', I could help them along 


-Bruce Springsteen--


Friday, March 22, 2019

Song for a Jolly Gathering

 by bobby chen

Chinese box sound track@1997



NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O HAY
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O HAY
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O

[Lyrics sung in Hokkien dialect:] Hey! You want to pay attention to your inner heart, when it freezes over it will gently float and gently create a beautiful melody.
A melody that is truly tender.
A feeling that is like white clouds hovering around a mountain peak.
A vagabond dreaming of a lover, a cute shadow.

[Lyrics sung in Hoklo dialect:]
Just like taking care of our children we should attentively cherish having these mountains and this water.
The four seasons is a clear treasure
a, like one family.

[Lyrics sung in Hokkien dialect:]
You love remembering a free and easy heart
moving your feet
don't throw away this happy time.

NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O HAY
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O HAY
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O


[Lyrics sung in Hoklo dialect:]
No matter if you are benshengren or a waishengren
aborigineee
Hakka
I hope the god of heaven will bless and protect this land's people
and that we will have peace and harmony for generations.


[Lyrics sung in Hokkien dialect:]
No matter what kind of person you are.
On earth we are all guests.
Tonight we want to dance
and chant songs without distinguishing between you and me.

[Lyrics sung in Hoklo dialect:]
Just like taking care of our children we should attentively cherish having these mountains and this water.
The four seasons is a clear treasure
a, like one family.

[Lyrics sung in Hokkien dialect:]
Line up in a group and chant a song.
The sound of the song is really bewitching.
Tonight we have a reason to gather in group with such a crowd of people.


[Lyrics sung in Hokkien (the words in all caps are aboriginal:]
We should all get along. NA I YA NA YA O HAY
We keep each other company NA I YA NA YA O


NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O HAY
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O HAY
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O



[Lyrics sung in Hokkien:]
Ya, let's chant this song together.
Oh the melody is truly bewitching.
This happy time can't be stopped.

[Lyrics sung in Hokkien dialect:]
Hearing songs passed down from the mountains
is so moving one has to fight back tears.
That distant ancient call shouts
that we shouldn't forget what our ancestors told us.


[Lyrics sung in Hoklo dialect:]
[Lyrics sung in Hoklo dialect:]
No matter if you are benshengren or a waishengren
aborigineee
Hakka
tonight we should dance
chanting these songs we can't distinguish between you and me.



[Lyrics sung in Hokkien dialect:]
Just our dear grandparents who are forever by our sides
day and night burning with enthusiasm to sacrifice one's self
working like dogs to protect us.


[Lyrics sung in Mandarin (the words in all caps are aboriginal:]
[Lyrics sung in Hokkien (the words in all caps are aboriginal:]
We should all get along. NA I YA NA YA O HAY
We keep each other company NA I YA NA YA O
We should all get along. NA I YA NA YA O HAY
We keep each other company.
This is our native land.

NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O HAY
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O HAY
NA I YA LU WAN NA, I YA NA YA O





Wednesday, July 18, 2018

Rien à Déclarer (2010)

Warna kulit sama, bahasa sama, rumah bertetangga, tapi dengan keberadaan satu garis membelah dua negara di sebuah kota perbatasan, ternyata warganya bisa saling anti, dalam suatu absurditas patriotisme dan rasisme.
Rien à Déclarer adalah film komedi  mengenai mereka yang terkorbankan dalam proses penyatuan Uni Eropa, pada sebuah kota perbatasan Belgia-Perancis. Antara masalah berkurangnya lapangan pekerjaan karena fungsi bea cukai yang dihilangkan di kota tersebut, juga bagaimana mereka semua harus saling menerima dan bekerja sama dan saling bertoleransi dengan warga dari negara tetangganya,terjalin dalam berbagai adegan komedi.
Imbas yang cukup besar terasa secara langsung bagi khususnya kedua tokoh utama film ini, Mathias dan Ruben yang keduanya merupakan petugas pabean di negara masing-masing. Terutama bagi Ruben yang merupakan Francophobe garis keras, penghapusan perbatasan cukup membuat dia nyaris frustrasi, ditambah lagi harus membuat tim gabungan dengan petugas Perancis. Sementara itu, Mathias yang diam-diam berhubungan asmara dengan adik Ruben berusaha membina hubungan yang lebih baik demi persetujuan keluarga Ruben.

Inilah film karya Dany Boon, disutradarai, ditulis dan diaktingi dirinya sendiri. Komedi yang terlihat sederhana tapi menurut saya sangat cerdas. Saya tidak tahu apakah selera komedi orang lain cocok dengan film ini. Saya sendiri belakangan cukup terbuka untuk berbagai jenis film hiburan. Banyak komedi Hollywood yang membuat saya cukup tertawa, walau saya sadar leluconnya sebetulnya "gak mutu" atau sering juga "jorok bin vulgar". Ya begitulah gaya hollywood. Bila ada energi lebih memang lebih baik mencari sumber hiburan lain.
"Rien à Déclarer" merupakan kombinasi yang serba cukup sebagai format komedi sambil memasukkan juga nilai-nilai kemanusiaan universal. Banyak leluconnya yang bersifat lokal , berkaitan dengan perbedaan logat yang digunakan antara kedua negara, dan istilah-istilah yang mereka gunakan termasuk yang digunakan untuk saling mengejek. Perlu dipastikan Subtitlenya yang bisa memfasilitasi ini. Kalau mengerti perbedaan logatnya tentunya akan terasa jauh lebih lucu. Tapi, meskipun tidak paham bahasa dan permainan kata-katanya, dengan ekspresi dan gerak tubuh aktor-aktornya cukup untuk menampilkan leluconnya.

Walau juga kadang agak lebay dan sedikit slapstick juga, ada beberapa momen perenungan yang sangat mengikat, merupakan inti "pesan moral" dari film ini. . Di tengah kekonyolan pertentangan manusia-manusia dewasa, perenungan filosofis film ini diungkapkan oleh seorang anak kecil. Walau mungkin bukan hal yang baru juga - mengingatkan saya pada film "le Papillon", adegan dialog Ruben dan anaknya merupakan momen yang sangat brilian, : 


*   What about the sky, papa,is it Belgian or French?
** The sky is Belgian. Anything above Belgium belongs to Belgium.
     See, borders go right to the top!
*   And the stars; are they Belgian?
** 'Course they're Belgian.
*   But papa, the earth turns.

**...............hmmmm

Tuesday, June 27, 2017

La Belle and the Beast

Saya bukan penggemar cerita Beauty and The Beast secara umum, dan juga bukan penggemar versi  animasi musikal Disney yang ngehits tahun 1991, selain mengangapnya produk hiburan yang asik, terutama dengan lagu-lagunya.

Saya jadi ingin membahas topik ini di sini karena sejak adanya bisik-bisik akan ada versi live action oleh Disney, ada versi Perancis La Belle et la Bête yang rilis tahun 2014 diperankan Vincent Cassel dan Lea Seydoux, karya sutradara Christophe Gans. Pastinya, versi ini tenggelam di balik antisipasi hingar Emma Watson cs. Setelah menonton keduanya, saya jadi ingin sedikit membandingkan, karena versi Perancis sungguh berkesan bagi saya, dengan kelebihan dan kekurangannya sebagai sebuah karya film.

Inti cerita keduanya sama: ayah Belle tersesat sampai istana Beast, dapat hidangan makan, mengambil mawar permintaan Belle tanpa ijin, dipermasalahkan oleh Beast sebagai pencuri tak tahu terimakasih, ditahan, digantikan Belle sebagai tawanan, dan lama-lama Belle jatuh cinta pada Beast yang mengakhiri kutukan sehingga Beast berubah menjadi pangeran tampan berkat ada wanita yang mencintainya. Pesan moralnya (katanya) : melihat kebaikan dan "inner beauty" dibalik tampang yang jelek dan menyeramkan" maka akan dapat bonus bahwa ternyata yang jelek itu aslinya ganteng.


La Belle et la Bête 2014 dari segi cerita latar belakang keluarga Belle lebih setia pada versi  literatur aslinya, yaitu ayahnya Belle yang merupakan pengusaha kaya yang sedang bangkrut sehingga harus pindah tinggal di pinggiran desa, juga keberadaan saudara-saudari Belle. Dari segi fisik film, versi ini memiliki kekuatan pada visualisasi artistik latar dan kostumnya yang membuat suasana menjadi teatrikal, sedikit surealis, mengawang di alam dongeng, namun juga memiliki latar sosial yang membuat kita membaca setting waktunya.



Add caption


Ada beberapa kekurangan pada plot cerita yang membuatnya kadang terasa lambat, meloncat, dengan karakter-karakter yang masih kurang tergali sehingga terasa tanggung. Alur cerita juga agak kurang terarah antara berniat menjadi film serius sementara juga ada beberapa karakter komikal seperti karakter dua kakak perempuannya yang manja dan pemalas sedikit berlebihan sementara saudara-saudara laki-lakinya karakternya lebih bisa diterima. Keberadaan karakter makhluk-makhluk kartun yang menemani Belle di istana juga seolah ditujukan untuk penonton  anak-anak. Berbeda dengan versi Disney yang memang dibuat dengan suasana drama komedi.

Walaupun secara artistik sangat indah, banyak juga tampilan CGI  yang terlalu berlebihan sehingga terlihat terlalu artifisial, terutama untuk animasi hewan dan makhluk-makhluk mistisnya. sementara tokoh Beast tampak hanya menggunakan make-up, tanpa banyak keleluasaan ekspresi. Untuk karakter Beast ini, versi Disney 2017 ternyata tidak lebih baik juga, dengan kombinasi CGI malah mebuatnya lebih aneh dengan gerakan-gerakan yang kaku dan ekspresi yang tampak dipaksakan. Suatu kemunduran dibanding Beast animasi 1991 yang lebih ekspresif dan lebih potensial sebgaai makhluk loveable, ironis di masa kecanggihan teknologi ternyata justru karakter sentralnya yang di kedua film ini gagal tampil dengan gereget.


Lea Seydoux sebagai Belle tampil sangat jelita, dan pantas dengan dandanan maupun karakterisasinya yang memang berbeda dengan Belle versi Disney. Keberadaan Belle Lea Seydoux seolah merupakan salah satu unsur artistik dalam fim ini, bahkan bisa dibilang bagian-bagian membosankan bagi saya di film ini adalah bagian yang tidak ada Belle.
Dari beberapa kekurangan pada keseluruhan film, secara parsial pada bagian-bagian tertentu, versi Gans cukup memiliki kekuatan yang bagi saya addictive.
Peristiwa ketika sang pangeran mendapat kutukan yang merupakan twist utama cerita yang cukup menarik karena menampilkan versi yang ebrbeda dari yang umum kita ketahui. Secara adegan pun diinterpretasikan dengan baik. Demikian juga adegan akhir sampai credit title yang menunjukkan kebahagiaan yang lebih murni antara Belle dan pangeran dibandingkan happily ever after antara putri dan pangeran


Baik di versi Disney maupun Gans, tidak cukup jelas hubungan antara Belle dan Beast sebetulnya seperti apa, Stockholm syndrome kah, friendzone kah, dengan momen Belle mulai jatuh cinta ke si Beast, kurang terasa sebagai proses yang tersampaikan dengan baik ke penonton. Padahal justru film-film ini adalah kesempatan mengeksplor lebih jauh dan mendalami olahan emosi yang mungkin juga tidak terlalu jelas pada literatur sumbernya.

Pada  versi Disney tapi masih lebih banyak momen yang diolah unuk menguatka hubungannya dengan Beast, seperti modus buku bacaan, main salju, travelling, dilengkapi lagu-lagu galaunya, walau seharusnya sih belum cukup untuk memutuskan jatuh cinta selain kita simpulkan bahwa Belle hanya ingin kehidupan lain daripada simple provincial life. Sementara pada versi Gans terasa telalu meloncat ketika cinta itu dinyatakan.
Selain titik jatuh cinta Belle pada Beast, respon Belle terhadap Beast yang berubah wujud menjadi pangeran juga merupakan blunder pada cerita Beauty and The Beast. Ya...okeh menerima apa adanya inner beauty lalu ternyata aslinya ganteng..apakah itu jadi bonus? Pada versi Gans, perbedaan usia tokoh Pangeran dan Belle yang cukup jauh terlihat dan bisa dihubungkan dengan latar sosial pada masamunculnya cerita Beauty and The Beast, ketika dikaitkan dengan kondisi sosial perjodohan gadis-gadis agar mau menerima om-om bangsawan yang walaupun sudah berumur dan jelek atau bahkan duda, tapi baik hati dan makmur.


Untuk latar sosial budaya sekitar, pada versi Gans bisa dilihat, perubahan trend fashion pada saat Beast masih menjadi pangeran dan saat bertemu Belle.  Ketika kutukan berlalu dan kembali berwujud pangeran, jaman sudah berubah sistem sosial tampak monarki sudah hilang, beberapa abad sudah berlalu, termasuk tentunya Revolusi Perancis. Pada Versi Disney rasanya janggal karena baru beberapa tahun berlalu, pangeran yang lalim bisa langsung diterima kembali oleh masyarakat, padahal sepertinya Revolusi menjelang tak lama lagi.


Untuk versi Disney 2017, cerita latar belakang masa lalu Beast juga merupakan tambahan dibanding animasinya dan menjadi sedikit variasi segar baik secara cerita maupun adegan, walaupun dasar kutukan Beast pada dasarnya sama, karena kesombongan dan kurangnya empati pada manusia. Sementara, dasar kutukan pada Beast versi 2014 sedikit lebih kompleks dan tidak dalam kondisi hitam-putih.


Secara keseluruhan, saya terhibur dengan kedua versi ini. Mudah-mudahan banyak orang juga bisa menghargai versi lain/ non Hollywood baik sebagai pembanding maupun penambah wawasan hiburan.

Belle (Lea Seydoux) & Beast (Vincent Cassel)