Tuesday, December 09, 2008

Thank You Hollywood


Johnny Depp, Robert Downey Jr., Ethan Hawke, Jeremy Irons,
Adrien Brody, Tom Cruise, Edward Norton, Antonio Banderas, Jude Law,
Ewan Mc Gregor, Pierce Brosnan, Sean Penn,
Gary Oldman, Al Pacino,
Robert de Niro, Anthony Hopkins, Jack Nicholson, Alan Rickman,
Kevin Bacon, Morgan Freeman, Kenneth Branagh, Will Smith,
Christopher Walken, Willem Defoe, John Malkovich.......


I don't like Brad Pitt

Sunday, November 09, 2008

Tontonan 2008


Duch males banget buat resensi, tapi merasa harus, padahal ga ada juga yang mengharuskan.

Ya saya bermaksud merangkum beberapa film yang sudah saya tonton tahun 2008 ini. Seadanya saja lah, sekedar kesan selewat.
Lingkup film yang saya tonton pun tidak terlalu luas nih, sebatas yang ada di bioskop, sedapatnya dvd bajakan dan jenis-jenis bajakan lainnya. Belum ada yang membuatku gemas sampai ingin meresensinya.

HOLLYWOOD SESSION

Iron Man


Sangat sederhana alsan saya menonton film super hero satu ini:
"Kalau bukan Robert Downey Jr. yang main mah, saya moal nongtonnn!!!"
Ya memang begitu. Kenyataannya, cerita film ini memang tidak begitu penting, tapi aktornya itu memang sangat menarik, alias: CAKKHEEEPPPPPP
Yah itu aja.

The Incredible Hulk

Yang ini juga. Edward Norton suanggattt cocok dengan perannya. Mengenai filmnya sih yah....duh standar banget. Levelnya sedikit lebih bawah daripada Iron Man. Bagian paling menyenangkan adalah adegan paling terakhirnya. Ah, no spoiler here!

Hancock

Film super hero juga, tapi lebih unik dan menarik. Belum tau latar belakang ceritanya. Apa dari komik juga kah? atau contekan dari film non-hollywood? tapi lagi-lagi, berkat Will Smith lah saya mau menonton film ini.
Quote: "Le petit Asshole"


Batman The Dark Knight
Nah, yang ini baru filmnya yang menarik. Sequel yang sudah dinanti-nantikan. Bukan sekedar karena kesuksesan Batman Begins, tapi juga untuk melihat karakter Joker yang konon sangat spektakuler diperankan oleh Heath Ledger, Alm.
The Dark Knight berdurasi cukup panjang. kalau tidak salah hampir tiga jam???

Yang pasti, ini film Super Hero terbaik tahun ini, setelah menonton Iron Man, Hulk, Hancock..???
Bagian awal-awalnya ni film yang kerasa cuma "disturbingly cruel" gillaa psaiko abbisss. Begitu banyak adegan sadis. Ekspektasi daya pikat Christopher Nolannya belum muncul secara spesifik. Kemunculan Joker juga ga begitu spektakuler seperti harapan saya. Tapi makin lama mulai kerasa menarik dan bikin gemeeessss. Luar biasa dah yang bikin cerita hebat.

I am Legend

Will Smith again. Yap TOP BGT aktingnya, duet dengan si gogog Sam. Bikin kangen ma Temon. Sekali lagi, Will Smith is the best Hollywood treardropper


Tuesday, July 01, 2008

Mimpi yang Datang Kembali


Bukan hanya
komik Vertigo serial Sandman karya Neil Gaiman yang menjadi menarik karena temanya tentang mimpi. Akupun sering merasa bahwa mimpi-mimpi dalam tidurku sangat menarik.

Sebagaimanapun serunya petualangan di alam mimpi, biasanya saat bangun kita lupa apa yang baru kita “alami” dalam tidur. Tapi, ada mimpi-mimpi tertentu yang teringat, walaupun tak mendetail. Kadang dalam mimpi pun aku merasa deja vu meskipun tak jelas apa bagaimananya.

Diantara berbagai macam mimpi yang pernah kualami dalam tidur, ada beberapa yang cukup melekat di pikiran, terutama karena berulang . Nah, inilah dia topik favorit dalam mimpi-mimpiku:


I. Kembali ke sekolah

Dalam mimpi dengan topik ini, aku bisa menjadi siswa SMA, SMP, bahkan SD. Dan jalan cerita selanjutnya selalu sama: yaitu aku sudah lama tidak masuk, mungkin mabal karena malas, dan aku kembali menjelang ujian atau terima raport. Kadang yang akan dihadapi adalah ujian semesteran, sekedar ulangan, atau bahkan Ujian Akhir Nasional. Yang kurasakan dan kupikirkan biasanya adalah: “Waduh, udah lama gak masuk ni bisa gak ya ujiannya” atau lebih kepada kekhawatiran akan pengurangan nilai karena status absensi. Bangunan sekolahnya bermacam-macam di dalam mimpi. Tidak pernah sama dengan sekolah-sekolahku di alam nyata. Tapi aku bisa melihat beberapa teman sekelas, bahkan guru-guru lama.

Setelah aku menyadari bahwa aku sering mengalami mimpi macam begini pun, aku masih mengalaminya. Entah apa maknanya, mungkin akau harus melanjutkan sekolah lagi? Atau karena aku begitu traumanya dengan masa sekolah yang sampai sekarang sudah berlalu 10 tahun?

Anehnya, mimpi topik sekolahan ini baru muncul beberapa tahun setelah lulus kuliah. Sedangkan beberapa waktu setelah lulus kuliah, aku masih sering mimpi sidang dan asistensi TA. Wajar lah karena masa-masa Tugas Akhir itu memang beban dan tekanan mentalnya sangat berat. Tapi mimpi buruk itu berlalu sendiri tak terlalu lama. Baru belakangan ini aku sekali mimpi masa kuliah, tapi bukan masa TA. Seolah kembali ke Studio Jurusan Arsitektur (yang pasti bangunannya aneh), ada kelompok Kalkun, dan seperti biasa aku seolah habis mabal lama dan menghadapi pengumpulan tugas.


II. Kereta Api

Topik ini pun cukup sering muncul dan lumayan membuat agak stress. Biasanya dalam mimpi ini aku mengejar jadwal kereta api, dan karena dalam mimpi susah sekali berlari, aku rasanya panik sekali. Bahkan pernah aku mesti mengejar gerbong yang sudah berjalan. Kadang mimpi salah turun stasiun atau terjebak macet dalam perjalanan ke stasiun di kota antah berantah yang dalam mimpi itu disebut sebagai kota Jakarta. Terakhir aku mimpi ketinggalan barang di kereta dan setelah lewat beberapa hari baru sempat menanyakannya ke petugas. Pernah juga aku mimpi berada di kereta yang mogok. Dalam mimpi perjalanan KA, ataupun di mimpi mengejar gerbong yang meninggalkanku, pemandangan sekitar jalur kereta api sangat menarik dan indah. Memang aku sampai sekarang lebih suka naik kereta api ke Jakarta daripada via tol Cipularang, karena pemandangannya lebih menarik. Mulai dari pemandangan bukit, lembah, sawah, sampai pemukiman kumuh dan tumpukan sampah.


III. Naik gunung

Dalam mimpi naik gunung, biasanya di saat hendak berangkat aku belum menyiapkan barang-barang dan perbekalan yang semestinya., padahal gunungnya sudah di depan mata, tapi isi ransel aku masih belum memenuhi syarat seperti yang ada dalam kuliah “Persiapan Perjalanan” bagi AM Jamadagni. Lebih dari satu kali aku bermimpi akan mendaki Gunung Gede, tapi gunungnya dan lokasi sekitarnya, seperti biasa, aneh dan asing. Seingatku, mimpi begini biasanya tidak berlanjut sampai ke puncak gunung, atau hanya setengah perjalanan, dengan nekad berangkat membawa barang seadanya setelah meyakinkan diri bahwa gunung tersebut tidak berbahaya dan merupakan tempat wisata umum, jadi tidak apa-apa walau tak terlalu lengkap bawa peralatan.

Dalam mimpi lain aku berhasil sampai ke puncak “Gunung Semeru” yang sama sekali tidak mirip Semeru yang sebetulnya. Pernah juga aku keliling gunung-gunung kompleks ciwidey yang kesannya berbahaya sekali karena bukitnya sedang naik-turun entah bagaimana (ceritanya sedang ada fenomena tektonis kali...).

Mimpi naik gunung tidak sesering yang dua di atas. Tapi lumayan berkesan dan teringat, karena memang suatu kekhawatiran bila kita sampai berangkat tanpa peralatan yang komplit, dan yang paling kukhawatirkan dalam mimpi itu sebetulnya adalah lampu senter. Dalam kenyataan, senter adalah benda yang sangat penting untuk pendakian yang melewati malam hari, ataupun sekedar kemping senang-senang Ironisnya, senter juga adalah barang yang paling sering hilang karena berpindah-pindah tangan dipinjam orang-orang yang tidak membawanya selain kemungkinan hilang olehku sendiri, mungkin tercecer atau nyelip tertumpuk barang lain di rumah.


Mimpi dengan tiga topik di atas adalah contoh dari mimpi-mimpi yang paling aku ingat sering berulang. Dalam tiga macam mimpi ini, aku biasanya berada dalam kondisi panik, kuatir dan nyaris setress.

Kenapa ya?

Apa hidupku memang dipenuhi kekhawatiran kaliiiii

Saking besarnya pengaruh mimpi, kadang perasaan dalam mimpi begitu kuat bahkan mempengaruhi kehidupanku di kenyataan. Pada suatu masa dulu, mungkin waktu aku masih SMA atau awal-awal kuliah. Aku pernah kembali "ngecengin" seseorang gara-gara mimpi. Sebelumnya, ceritanya aku udah menyerah alias “give up” cieh hehe.... sudah ngeceng yang lain dong, dan gak perduli lagi pada orang itu.

Tapi suatu malam aku bermimpi ada dia. Dalam mimpi itu, seolah dia baik sekali padaku dan sepertinya sih suka padaku (dalam mimpi pun orang bisa merasa ge er ternyata). Hmm rinciannya sudah kabur, aku hanya ingat beberapa frame hasil capturenya yang masih tersimpan di kepalaku. Lalu aku terbangun, perasaan dalam mimpi masih terbawa. Akibatnya aku ngecengin orang itu lagi deh.. dan tetep aja cume ngeceng terus... hueheheeee.


I love you in my dreams

I love you in reality


Monday, June 30, 2008

Things They Don't teach You at School


They don't teach you how to love somebody
They don't teach you how to be famous
They don't teach you how to be rich, how to be poor.
They don't teach you how to walk away from someone you don't love any longer
They don't teach you how to know what's going on in someone else's mind
They don't teach you What to say to someone who's dying
They don't teach you anything worth knowing

Rose Walker
The sandman volume nine; The Kindly Ones

Monday, May 26, 2008

Menelenovela

Suasana hatiku koq lagi aga menelenovela. Bukan, bukan karena sayanya lagi memadu menye-menye. Justru sangat kebalikannya. Tapi saya sedang betul-betul kangen akan telenovela-telenovela favorit saya. Awalnya, mendadak kangen Enrique. Maka saya minta si bambumuda mencarikan donlodan gratis lagu Nunca Te Olvidare yang merupakan soundtrack telenovela dengan judul sama, atau yang di indonesia dikenal dengan judul Esperanza. Untung dia berhasil. Dulu saya pernah mencarinya ke mana-mana, cuma dapet cicip dengar sebaris. Sekarang senangnya sudah dapat mp3nya hiehehe

Enrique Iglesias. Itu satu-satunya alasan saya menunggui TV di jam tertentu untuk menonton pembukaan telenovela Esperanza. Lagu pembukaannya memang luar biasa romantis. Kalau Cerita filmnya mah... amit amiiiiit! Dalam alunan suara merdunya si abang ini (by the way saya sangat suka suaranya, kalau orangnya secara fisik mah biasa ajah hihi..) , saya juga jadi terbayang-bayang Edith Gonzales, si pemeran Esperanza, dan tentunya melayang lebih jauh ke telenovela terbaik sepanjang masa, yaitu Corazon Salvaje, yang di indonesia dikenal dengan "Hati yang Berduri" lalu terbayang2 om ganteng Eduardo Palomo almarhum. Kangeen!!!.. dulu waktu film itu diputar di televisi, saya masih SMP. Walaupun terlalu kecil untuk mememahami telenovela yang berat untuk dewasa seperti itu, selain karena komentar2 positif ibu saya, saya sendiri pun cukup mengerti kalau itu adalah serial yang sangat bagus. Mulai dari kostum, akting bahkan plot ceritanya bagus dan memikat. Sebetulnya saya sudah lupa cerita lengkapnya, hanya ingat saja bahwa ceritanya bagus (well, memory is your interpretation).

Kemunculan om Eduardo selanjutnya yang saya tonton adalah di serial Ramona. Dengan setting sekitar abad 19 (??). Di sana dia berperan sebagai Alejandro de Asis, seorang Indian (atau campuran ya?) dari suku Yahi yang sedang berada di ujung kepunahan dibantai para Yankee Amerika. Ramona adalah contoh telenovela dengan pola yang tidak biasa. Secara umum tele satu ini sangat gloomy dan cukup lambat sehingga saya tidak begitu gemar mengikutinya. Tapi ceritanya sangat bagus, karena memiliki muatan sosial dan humaniora yang berat dan dikemas dengan menyentuh. Tidak sekedar konflik antara orang kaya berebut warisan dari wanita miskin yang sederhana dan tulus tapi ujung-ujungnya tetep aja bertransformasi jadi cewe kaya yang gaya.

Kisah cinta Ramona dan Alejandro berakhir tragis dengan fitnah dan hukuman gantung bagi Alejandro saat Ramona sedang mengandung anaknya. Kehilangan Ramona digambarkan dengan sangat tragis di telenovela ini. Sementara itu, Felipe, kakak angkat Ramona yang mengira bahwa Ramona adalah adik satu ayah hasil perselingkuhan ayahnya juga memendam perasaan yang tulus dan telah merelakan Ramona yang menikah dengan Alejandro. Namun, belakangan ia
mengetahui bahwa itu adalah kebohongan. (Maxudnya, sebetulnya mereka bisa aja jadian).

Pada suatu hari untuk menonton Ramona, saya berlari dengan segenap energi setelah berhasil mabal dari studio AR ke ruang santai LFM ITB. Mana kutahu sebelumnya kalau itu episode terakhir. Kali itu saya bersemangat benar untuk menontonnya, karena beberapa episode sebelumnya, cerita menjadi sangat menarik. Namun padatnya jadwal kuliah dan tugas, dan jam tayang yang sangat "NGGAK BANGET" (jam 9 pagi booo) membuat saya melewatkan banyak episode. Kali itu, di episode terakhir, hanya lima menit terakhir yang aku tonton dan... dan... SANGAT ROMANTISSSSSS!!!!!

Kira-kira begini: Dikisahkan Ramona sudah menikah dengan Felipe, dan telah memiliki satu anak lagi dari pernikahan keduanya ini. Dia mendongeng pada anak-anaknya yang sebetulnya cerita tentang kehidupannya dan Alejandro dan Felipe. Lalu, ketika Felipe menanyakan pada Ramona: "Bagaimana akhir ceritanya? apakah bahagia?" Ramona berkata: "Sangat bahagia".

Hanya segitu yang saya tonton. Untung, untuuuuung masih terkejar. Dengan entah berapa puluh atau berapa ratus "bloody episodes" sebelumnya, adegan terakhir itu sangat memberi arti karena kisah cinta segitiga antara mereka tidak seperti yang biasanya seperti di kebanyakan telenovelatina, apalagi sinetron Indonesia (cuihhhccchh).

Hmmmm semoga suatu saat Corazon Salvaje dan Ramona dan Gadis Pemimpi (semuanya ada Eduardo Palomo alm.) diputar lagi di TV. Jauh lebih bermutu daripada sinetron-sinetron ataupun Reality Show yang sekarang merajalela.


Tuesday, April 29, 2008

Dream in Hell


Another great, deep, imaginative, perfect (if perfections exists in this world) and cinematic scene from The Book of Sandman by Neil Gaiman


Saturday, April 26, 2008

Dalam rangka Hari Bumi, atas kerinduan akan Disney's Classics

Kelestarian ala Disney


Dapatkah kita melukis dengan menggunakan warna–warna yang dimiliki angin dan bernyanyi dengan suara gunung? Menurut Pocahontas - putri kepala suku indian dalam film Pocahontas - manusia baru akan dapat “memiliki bumi” bila bisa melakukan kedua hal itu. Hal yang dianggap tidak mungkin, karena gunung adalah makhluk tak bernyawa - tak bersuara - dan angin merupakan gerakan udara yang tak berwarna.

Manusia tak akan dapat memiliki bumi. Benarkah demikian? Tentunya lagu Colors of the Wind yang dinyanyikan Pocahontas itu memiliki makna yang jauh lebih dalam. Memiliki bumi bukan berarti menguasainya, sehingga dapat mengklaim sepetak tanah beserta makhluk-makhluk dan sumber daya yang terkandung sebagai komoditas milik pribadi. Memiliki bumi seharusnya bermakna memahami setiap kehidupan di dalamnya, menghargai dan menjaga sambil mengambil manfaatnya. Seluruh alam ini adalah milik Tuhan, dan kita hanyalah salah satu komponen dari suatu sistem yang besar. Setiap makhluk di alam ini - bahkan benda tak bernyawa seperti karang dan gunung - memiliki jiwa dan nama sehingga patut untuk dihargai keberadaannya.

Begitu banyak yang tidak diketahui manusia, namun bisa dipelajari dengan menyimak segala isyarat dan pertanda alam. Dengan menyimak, kita bisa tahu bahwa angin bisa memiliki warna, seperti saat ia meniupkan pasir atau dedaunan, dan saat ia membawa kabut. Gerakan angin pun dapat dirasakan dan digambarkan memiliki pola dan arah. Gunung bersuara saat magma di dalamnya bergolak mengeluarkan suara gemuruh dan juga saat angin menghantam atau menyelusup pada celah-celah tebing dan gua. Bahkan, bunyi gema juga bisa diartikan sebagai suara gunung. Bukan kita yang membuat mereka berwarna atau bernyanyi. Kita hanya dapat mengamati dan menyimak. Dengan demikian, kita bisa melihat lukisan sesuai pola dan warna yang tampak dan menyenandungkan irama dari bunyi-bunyi yang kita dengar. Manusia yang mampu melakukannya berarti mampu menghargai dan mengagungkan anugerah Tuhan tersebut, sehingga tidak akan bertindak sebagai perusak.

Pada film ini, misi Pocahontas lebih mengarah kepada rekonsiliasi dua bangsa manusia. Kedamaian suku Indian dan alamnya terusik ketika orang Inggris datang untuk menduduki tanah Amerika. Dalam kehidupan di desa Pocahontas, digambarkan kaumnya masih sangat menyadari ketergantungan mereka kepada alam. Sebagai petani dan pemburu, mereka hidup selaras, seimbang mengikuti siklus alam sambil mensyukuri – pada roh agung yang mereka puja - apa yang dianugerahkan kepada mereka. Ketamakan dan keangkuhan yang dibawa pihak kolonial dikhawatirkan akan segera menghancurkan kelestarian alam tempat bergantung bangsa Indian. Namun, Pocahontas menyadari pentingnya keselarasan antara dua bangsa manusia tersebut. Saling curiga dan tidak saling memahami hanya akan menyebabkan perpecahan berkepanjangan dan kerusakan yang lebih parah lagi. Perdamaianlah yang diperjuangkan Pocahontas – antara sesama manusia dan antara manusia dengan alam.

Tidak jauh berbeda dengan Pocahontas, tema film Bambi dan The Lion King menghadirkan konsep mengenai siklus alam dan lingkaran kehidupan. Setiap individu akan dilahirkan dan mati. Lalu, akan muncul lagi individu baru. Untuk menemukan atau menyadari peran dan posisi di dalam lingkaran itulah banyak yang akan dilalui dan diperjuangkan.

Dalam film Bambi, digambarkan siklus pergantian musim seiring perkembangan yang dialami Bambi. Ia tumbuh dewasa, menemukan pasangannya dan akan lahir ‘bambi’ kecil lagi. Demikian juga dengan Simba dalam The Lion King, ia menggantikan tempat ayahnya dan memiliki putra mahkota yang akan menggantikannya juga kelak. Dalam kehidupan manusia memang tidak sesederhana itu. Peran dalam kehidupan yang bisa dipilih sangat beragam, dan manusia memiliki begitu banyak obsesi. Namun, pada intinya, hal yang paling mendasar sebenarnya sama saja, yaitu meneruskan dan menjaga berlangsungnya siklus kehidupan di bumi sesuai takdir dan jatah waktu masing-masing.

Manusia di film Bambi hadir sebagai pihak perusak tanpa sosoknya yang terlihat. Kehadiran mereka diketahui dari suara tembakan yang membunuh Induk Bambi dan kebakaran hutan yang mereka timbulkan. Akibat dari ulah mereka yang ditampilkan disini mengingatkan kita bahwa seekor hewan pun akan merasa kehilangan ketika terpisah dari keluarganya.

Dibandingkan dengan Bambi, film The Lion King lebih mempersonifikasi binatang-binatang tokohnya. Sama sekali tidak ada tokoh manusia di dalamnya. Namun, karakter manusia yang rakus disimbolkan pada tokoh Scar dan konco-konco hyenanya. Mungkin agak rancu melihat pencampuran sifat-sifat manusia dan hewan seperti di film ini. Bagaimana mungkin berbagai jenis binatang – herbivora, omnivora maupun carnivora - berkumpul untuk menyaksikan kelahiran pangeran singa, yang mungkin nantinya akan memangsa mereka. Tapi, hal ini menyimbolkan bahwa justru hewan-hewan dapat hidup harmonis dalam suatu ‘kesepakatan’ hukum rimba, yaitu bahwa setiap individu tidak boleh mengambil lebih dari apa yang bisa dia berikan. Kesepakatan yang akan mewujudkan keseimbangan sesuai dengan teori transfer energi dalam siklus rantai makanan. Ketika Scar cs berkuasa, negeri mereka mengalami kerusakan yang parah. Hal ini disebabkan terjadinya ketidak-seimbangan yang merusak seluruh sistem.

The Jungle Book dan Tarzan lain lagi. Kedua kisah ini mengangkat kasus identitas dan jati diri manusia di antara spesies-spesies lain. Manusia yang tidak dibesarkan dengan manusia lain bisa saja bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya. Persahabatan yang terbina antara hewan dan manusia bisa tidak kalah kuat dari persahabatan antara sesama manusia. Tapi, bagaimana ketika Ia bertemu dengan spesiesnya sendiri? Ternyata begitu sulit untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang seharusnya namun justru terasa begitu asing. Apalagi, ternyata manusia bisa menjadi musuh bagi hewan-hewan.

Pada kedua film di atas, diangkat pemahaman bahwa keluarga hewan maupun manusia pada dasarnya sama: ada kasih sayang, perlindungan dan kepercayaan dengan naluri dan caranya sendiri. Manusia dapat memberikan kasih sayangnya untuk mengasuh dan membesarkan seekor hewan, demikian juga sebaliknya. Namun, banyak manusia serakah yang tidak menyadarinya sehingga merusak sistem yang harmonis itu. Manusia merasa berhak mendatangi dan mengusik kehidupan makhluk lainnya, bahkan sanggup membunuh seekor hewan hanya untuk mengambil satu bagian tubuhnya, atau menjadikan hewan – hidup ataupun mati - sebagai benda yang bisa dipamerkan.

Manusia, hewan, dan tumbuhan sebagai bagian dari siklus alam. Sebuah nilai yang sangat mendasar dan perlu ditanamkan pada nurani setiap manusia. Film kartun merupakan media yang efektif untuk menyampaikan berbagai pesan dan nilai tersebut, dengan suatu kemampuan bertutur dan pengemasan yang baik sesuai target audiencenya. Pihak Disney – terlepas dari kasus orisinalitas maupun penyimpangan pada jalan cerita – memiliki caranya sendiri. Film-film kartun Disney’s Classic sampai sekarang diminati oleh penonton dari semua umur, dan tetap populer, terutama dikalangan anak-anak dan remaja.

Dengan kisah-kisah menarik, drama, lelucon, keindahan gambar, terutama dengan musik dan lagu-lagunya, film-film ini berusaha mengetuk kesadaran manusia akan keselarasan, keseimbangan, siklus, dan perannya di atas bumi. Memang menyenangkan dan menyentuh, cara Disney…

--Ramala Pualamsari--

29 Jan 2003

Thursday, March 27, 2008

Kenapa Sambalado


Karena saya tidak bisa makan tanpa sambal.
Tidak bersyukur? Bisa, bisa koq..hanya tentunya itu bukan makan yang lengkap kalau tanpa sambal.

Kenapa Hot? karena sambal itu pada dasarnya pedass, tentu dengan tingkat kepedasan yang berbeda-beda
Kenapa Sweet? karena sambal tidak sekedar pedas yang membakar. akan muncul rasa manis yang berasal dari kombinasi bahan yang digunakan
Spicy? Karena berbagai bumbu berpadu bersama bahan utama sambal, jenis-jenis cabai (cabe merah, ijo, rawit, dll), memberi variasi rasa yang membuat makan kita menjadi nikmats. Mungkin ada puluhan bahkan ratusan ( ???) variasi jenis sambal di Indonesia ini. Semua tergantung kombinasi bumbu, sesuai selera di tiap daerah dan juga selera masing-masing yang membuat dan yang memakannya.

Kalau ditotal, di seluruh dunia. Waduh ada berapa macam sambal ya?


PS: (Gak penting, pasti masyoritas orang indonesia udah pada tau) Sambalado itu bahasa minang, maksudnya sambal-lada, ya sambal yang pedas berarti. Kalau "Samba" itu artinya lauk pauk (begitu khan....?? maklumlah, orang minang "murtad" begini. Tapi yang pasti saya penganut Matrilineal =>)

Tuesday, January 22, 2008

Tetesan Air Mata

Adegan menangis dalam film, merupakan salah salah satu adegan yang cukup sulit dalam proses pembuatan film karena membutuhkan aktifnya kelenjar air mata sang aktor yang sesuai dengan adegan yang sedang berlangsung. Mau dilipet selecek apapun, kalau air matanya tak nampak, adegan menangis itu akan tampak garing sekali, dan sangat sulit membuat penonton mencapai kondisi emosi yang sesuai dengan yang diharapkan para pembuat film. Gosipnya sih, banyak juga yang menggunakan bantuan obat tetes mata untuk mendukung adegan menangisnya. Apakah seorang aktor/ aktris mengeluarkan air matanya yang asli, tentunya dapat kita lihat dari proses keluarnya air mata itu.

Saat menonton film, yang bisa membuat kita ikut terharu/ sedih memang tidak harus berupa adegan menangis. Tapi adegan menangis yang dapat membuat penontonnya ikut menangis, atau setidaknya terbawa emosi, tentu adalah adegan yang berhasil. Tidak jarang adegan menangis bersimbah air mata di sinetron-sinetron atau telenovela hanya tampak garing, bahkan lucu.
Selain sekedar mengeluarkan air mata, ekspresi dan bahasa tubuh si aktor tetap harus sesuai dengan konteks adegan. Dukungan aspek lain seperti sinematografi dan musik juga akan sangat mempengaruhi.

Sejak beberapa tahun yang lalu, saya mencatat beberapa adegan air mata dari film-film yang saya tonton. Yang termasuk kriteria adalah adegan yang menyorot tetesan air mata aktor/ aktrisnya secara artistik dalam suasana yang mampu mempengaruhi emosi penontonnya walau tidak perlu sampai ikut menangis keluar air mata, tapi memberi kesan kuat tentang tujuan adegan itu. Karena belum sukses mengkoleksinya, saya belum dapat hasil capture adegan-adegan tersebut, padahal ingin menampilkannya dalam edisi "Frame Keren" lagi.

Sampai sekitar tahun lalu, saya mendaftarkan adegan-adegan berikut sebagai "Best Moments of Tears":

Bu guru cilik di film "Not One Less" saat muncul di televisi dalam rangka mencari muridnya yang pergi ke kota untuk bekerja. Sutradara: Zhang Yimou
Zhang Zi Yi sebagai Zhao Di dalam film "The Road Home" saat mendengar Pak Guru kecengannya kembali ke desa untuk menengoknya yang sedang sakit. Sutradara: Zhang Yimou
Gong Li dalam film "Raise the Red Lantern" pada adegan awal saat dia berbicara bahwa terpaksa memilih diambil sebagai istri/ selir ke empat oleh seorang yang kaya. Sutradara: Zhang Yimou
Gong Li dalam film "Shanghai Triad" saat dia menyadari bahwa bos mafia yang memeliharanya sudah mengetahui pengkhianatannya dan balik menjebak. Sutradara: Zhang Yimou
Charlie Yeung sebagai Eng Tay dalam film Sam Pek Eng Tay, saat dia meneteskan air mata darah karena telah terlalu lama menangis (yang ini tampaknya bukan air mata asli? tapi tetap saja adegannya sangat bagus). Sutradara: Tsui Hark
Maggie Cheung, dalam Sausalito. Lupa apa asal adegannya, yang pasti saat dia menangis, hidungnya memerah. Cantik sekali!! sutradara" Andrew Lau

Nah, dari yang tertulis di atas jelas-jelas semuanya berasal dari film Cina & Hongkong, bahkan didominasi oleh karya Zhang Yimou. Maka itu saya mengambil kesimpulan bahwa jarang sekali film Hollywood memfokuskan gambar pada tetesan air mata. Juga film barat lain, baik Indie Amerika, maupun yang dari Eropa (sebetulnya referensi lintas bangsa saya memang sangat terbatas) jarang yang memberikan adegan air mata yang indah, walaupun bukan berarti adegan menangisnya tidak membuat sedih.

Dari daftar di atas, Best of The Bestnya adalah Gong Li dalam Shanghai Triad. Dia meneteskan air mata saat sedang tertawa!!! menunjukkan betapa perih hatinya dalam tawa satir. Tangisan yang samar tapi menyakitkan, dengan tetesan air mata yang indah.

Daftar di atas sekarang sudah bertambah setalah menonton Will Smith di "Pursuit of Happiness" dan "I am Legend.

Dalam Pursuit... adegan saat bersama anaknya harus bermalam di toilet sebuah gedung karena tidak ada tempat untuk tinggal.
Dalam I am Legend saat Sam, anjingnya yang setia, sekarat.

Ternyata, WILL SMITH IS THE BEST HOLLYWOOD TEAR DROPPER !!!!

Monday, January 21, 2008

V

for


VIKING


Bukan Viking bobotoh Persib. Tulisan ini mengenai tontonan terbaru saya di bioskop:


Beowulf


Yang membuat saya tertarik menontonnya, pertama:
Beowulf tokoh pahlawan Viking dari dongeng kepahlawanan Eropa kuno yang menginspirasi atau menjadi referensi utama novel Eaters of The Dead, atau yang setelah difilmkan judulnya menjadi "The13th Warrior". Sebetulnya lebih tepatnya, T13thW adalah versinya Michael Crichton dari epik Beowulf yang aslinya penuh dengan mitos mistis, menjadi "scientific", dan lebih bisa dipahami secara logika. Saya pribadi sangat menyukai T13thW, baik film maupun novelnya (terlepas dari perbandingan ini-itu antara keduanya).

kedua: Neil Gaiman berperan sebagai salah satu penulis naskahnya (lagi nge-fans berat ke Sandmannya sih) .


ketiga: Film ini produksi salah satu jaringan mafia film di Hollywood dengan kecanggihan teknologi yang tak diragukan lagi. Mungkin bisa menghibur mata..??


Selama menontonnya, saya benar2 terbawa suasana! tegang, lucu, sampai merasa gemaaasssss saking sukanya pada film ini walaupun saat itu belum menonton sampai selesai!!! Beberapa aspek sebetulnya cukup tertebak, tapi kekuatan plot ceritanya memberi permainan emosi yang sangat terasa. Tetap ada kejutan-kejutan full action sampai akhir film.


Kisah Beowulf yang telah "diacak-acak" oleh para penulis skenario di film ini, memberikan sudut pandang yang sangat "menyegarkan" tentang sosok sang pahlawan. Membuktikan bahwa kisah apapun, mulai dari mitos, legenda sampai sejarah pun, sangat tergantung dari para penulisnya dan selalu ada sisi/ bagian yang tidak tertuliskan, yang mungkin tak kan pernah kita tahu. Mungkin itu adalah hal yang kita memang seharusnya tahu atau justru tidak perlu tahu.


Yang pasti, "It's the mistery that lingers" (kutipan dari kutipan dari kutipan)


Yang menyebalkan dari film ini adalah para aktornya, karena merupakan model CGI dari aktor-aktor sebenarnya yang hanya menyumbang suara. Ekspresi manusia yang ditampilkan seorang aktor asli manusia, tidak akan pernah bisa diciptakan kembali oleh manusia untuk ditampilkan oleh sesosok model dari dunia komputer. Tapi bagaimanapun, karakterisasi para tokohnya tetap kuat walau dengan ekspresi wajah yang datar.. ditambah lagi dengan renderan pemandangan, tekstur setiap permukaan yang tampak alami, dinamika kamera dan musik yang... huaduh, hagus hanget.. dan sekali lagi, berkat kekuatan ceritanya, semua termaafkan. Beberapa hal yang tidak jelas atau membingungkan... tetaplah menjadi misteri.

Mantapp.. film Hollywood yang benar2 menghibur saya nih!!


Pesan: Ini Film UNTUK DEWASA. tapi ternyata banyak juga anak kecil yang menontonnya. Bukan karena bokep yah, tapi karena banyak adegan sadisnya.
Hmm mungkin UNTUK REMAJA juga bisa sih. Ah tapi saya tidak mengerti juga tingkatan anak-anak sekarang dan pertimbangan-pertimbangannya LSF.
Yang pasti, jangan kira semua cerita dongeng, fairy tales, komik dan film animasi itu cocok untuk anak-anak.


December 02, 2007 | Permalink