Tuesday, March 15, 2005

Apaan tuh??

Titipan Illahi sebagai program syiar Ramadhan terbaik (atau apaan sih yang ada di tulisan semacam footnote waktu opening title)...??? Siapa sih yang ngasih penilaian itu? Toloong cerdaskanlah bangsa Indonesia, terutama jangan permalukan agama Islam dengan sinetron macam itu lagi. Lagipula, apanya yang berisi “syiar Ramadhan” bahkan "syiar Islam” di sinetron itu? Bukan maksud sok alim, tapi keterlaluan dah...

Btw, belum tamatkah??

Telenovela la lala la....

Kalau kita terjebak dalam suatu pola yang begitu membosankan, maka tentunya beberapa hal yang kontras akan menarik perhatian, bahkan mungkin membuat kita menyukai hal itu.

Tanpa benar-benar punya niat menontonnya, apalagi menjadi pengikut setia, saya memantau fenomena telenovela sejak kemunculannya pertama kali. Bisa dikatakan terpaksa, karena itulah yang ditonton ibu, nenek, dan para pembantu di rumah, plus memang saya yang kurang kerjaan barangkali.

Jangan menjudge sesuatu yang tidak kita pahami.
...........
Setelah mengenal beberapa judul yang waktu itu sedang beken di beberapa stasiun tv, saya menemukan pola yang sama dari cerita-cerita itu. Membosankan, gak logis, mehe-mehe, bertele-tele, pembodohan, dan berbagai cercaan bisa saya keluarkan.

Tapi, ketika menemukan suatu cerita yang terasa berbeda bahkan unik dan memiliki nilai-nilai yang cukup bermutu, saya pun langsung menghargainya bahkan menjadikannya favorit. Sampai sekarang ada beberapa judul yang masuk list telenovela fave saya.

Belakangan memang semakin banyak variasi telenovela,yang polanya tidak terlalu klise lagi. Tetapi memang sudah tidak menarik lagi bagi saya.

Jadi ingat, pertengkaran panjang dengan seseorang yang kekeuh mengatakan semua telenovela itu jelek, dengan alasan-alasan entah apa, yg sebenarnya juga saya setujui. Tapi, saya juga kekeuh bahwa ada beberapa yang bisa dianggap cukup bagus dengan alasan-alasan tertentu juga. Pendapat saya tidak diterima bahkan tidak dihargai, dan orang itu adalah seorang mantan kabid kine klub LFM.

So, kalau saya menyukai suatu hal dengan alasan-alasan yang bodoh dan subjektif sekalipun, tidakkah itu hak saya sebagai seorang apresiator?