Wednesday, November 21, 2007

La Poesie


Le spectre de la rose

Souleve ta paupiere close
Qu'effleure un songe virginal ;
Je suis le spectre d'une rose
Que tu portais hier au bal.
Tu me pris encore emperlee
Des pleurs d'argent de l'arrosoir,
Et parmi la fete etoilee
Tu me promenas tout le soir.

O toi qui de ma mort fus cause,
Sans que tu puisses le chasser
Toute la nuit mon spectre rose
A ton chevet viendra danser.
Mais ne crains rien, je ne reclame
Ni messe, ni De Profundis ;
Ce leger parfum est mon ame
Et j'arrive du paradis.

Mon destin fut digne d'envie :
Pour avoir un trepas si beau,
Plus d'un aurait donne sa vie,
Car j'ai ta gorge pour tombeau,
Et sur l'albatre ou je repose
Un poete avec un baiser
Ecrivit : Ci-git une rose
Que tous les rois vont jalouser

Theophile GAUTIER (1811-1872)




Friday, November 16, 2007

Mad about Morpheus????

Walaupun membuat nervous, senewen, gemas, ingin menjerit-jerit, karakter Dream atau Morpheus/ Oneiros/ Kai'ckul dalam komik Sandman karya Neil Gaiman tidak memiliki gambar yang cukup ganteng untuk ditampilkan sesuai parameternya Sambalado. Berbeda dengan tokoh Demos dalam komik Pengantin Demos karya Yuho Ashibe yang serlalu tampil ganteng dan trendy secara fashion. Setelah ngubek-ngubek 10 buku Sandman yang dikoleksi si Hyoutan, sepertinya yang agak lumayan keren cuma yang di bawah ini.



Neil Gaiman bekerjasama dengan banyak ilustrator dalam mewujudkan karakter Dream dalam komiknya. Masing-masing artis memiliki gayanya sendiri. Tetapi bagaimanapun berbedanya gaya gambar di tiap episode, setiap tokohnya tidak pernah kehilangan karakter. Termasuk Morpheus yang entah seberapa aneh atau bahkan jelek bentuknya, tetap saja tampak berwibawa dan (sok) bijaksana, berjubahkan malam....


Tall, thin and pale, flames danced in the blackness of his robe, and his eyes were stars in deep pool of dark water

........and that silly helmet

Wednesday, October 31, 2007

YANG HOROR.. YANG HOROR

Minggu-minggu ini baik bioskop maupun televisi dipenuhi film (yang katanya) horor. Bayangkan saja, waktu mampir di BIP, tampak bioskop 21nya sedang menayangkan Pocong3, Jelangkung 3, Kuntilanak2, Sundal Bolong. Hanya satu studio yang isinya tidak termasuk film jenis (yang katanya) horor, yaitu Get Married. Sebuah stasiun TV swasta pun bisa-bisanya membuat program Halloween Week dengan menayangkan film-film (yang katanya) Box-Office bernuansa horor. Demikian juga stasiun tv lainnya diwarnai film-film yang ceritanya mendukung tema Halloween.


Saya bukan penonoton film horor. Bukan karena takut, tidak lagi kalau itu sih... tapi karena tidak butuh akan sensasi takut. Saya menonton film untuk mencari cerita yang berkesan, dan yang menentukannya ada banyak faktor, baik subjektif maupun objektif. Film horor Indonesia biasanya malah tampak konyol karena
make-up berlebihan dan jalan ceritanya yang dodol, tambah lagi kekurangan-kekurangannya secara teknis. Sementara horror barat-Hollywood biasanya menjadi sekedar film sadis dengan konsep umum mengenai iblis yang merasuki manusia atau menempati sebuah rumah dan menyebabkan kematian-kematian tidak wajar.

Film horor yang tertonton (tidak sengaja awalnya) dan menjadi film favorit saya adalah: Trilogi
The Ring (versi asli Jepang, selanjutnya saya sebut Ringu agar tidak tertukar dengan versi Hollywood yg tidak akan saya bahas karena tidak saya tonton ) dan The Eye 1 serta The Eye 2. Selain itu, rasanya tidak ada yang menarik. Kebetulan keduanya termasuk genre “Horor Asia”.
Saya mulai menonton trilogi
Ringu sepotong-sepotong di LFM, waktu trilogi tersebut menjadi “Box-Office Ruang Santai”, terobsesi menonton lengkap, menyewa VCDnya dan sempat berkali-kali menonton (tidak pernah sendiri tentunya).Faktor apa yang harus ada dari film film horror? Apa yang membuat sebuah film memberi suasana menakutkan? Wah entah apa teorinya, pastinya trilogi Ringu punya semua itu dan ditambah lagi JEPANGNYA ITUUUUUU. Ekspresi datar dan nada bicara orang Jepang itu koq tidak ada yang menandingi, membuat tegaaang. Yang paling berkesan tentunya sosok Sadako. Setelah itu, sepertinya banyak sekali karakter hantu yan menyerupainya (terutama di film Indonesia). Kenapa sosok Sadako yang membalas dendam mengerikan? Karena rambut panjangnya yang menutupi wajah, karena jari-jarinya, karena dia keluar dari sumur, karena sebelah matanya yang melotot aneh. Kenapa sosok Sadako semasa hidup cantik? Karena pemerannya NAKAMA YUKIE.

Selain suasana horror dan karakter menyeramkanya,
trilogi Ringu punya cerita dan plot yang kuat, tidak sekedar memberikan suasana yang membuat penontonnya menjerit-jerit. Misteri kehidupan Sadako yang terpapar pada Ringu 0: Basudei memberikan kepuasan menonton satu paket cerita. Adegan terakhir dari The Ring 0 adalah salah satu ending yang paling dramatis, tragis dan menggetarkan dari film-film yang pernah saya tonton. Walaupun mempengaruhi puluhan film horor selanjutnya baik di Indonesia, Asia bahkan Amerika, trilogi Ringu tetap tak terbandingkan.


Satu keistimewaan trilogi Ringu yang sulit ditandingi oleh sineas horor Indonesia , bahkan para pembuat ulangnya di Hollywood sana, adalah film ini berisi balas dendam, kematian, dan ketegangan tanpa setetespun darah!!! Tidak ada kematian-kematian sadis ala film-film horor hollywood. The Ring Hollywood mengandung adegan berdarah, suatu kesalahan (yang mana? Tonton aja).

Catatan ralat, 2010
Beberapa waktu setelah membuat tulisan ini, saya sempat browsing The Ring dan streaming beberapa video trailernya. Ada yan mengejutkan yaitu ternyata, ada hal yang saya tulis di atas ternyata SALAH! di trailer The Ring 2, ada adegan yang mengandung darah merah. Tapi saya yakin karena sudah beberpa akali menontonnya bahwa saya tidak melihat adegan itu.maka saya menyadari bahwa yang saya tonton adalah versi VCD yang telah terpotong, disensor atau sekedar untuk mengurangi jam tayang. maka saya perlu mencari lagi film ini untuk menyelidiknya lebih jauh.
....................................................... 

Setelah heboh trilogi Ringu, muncul kehebohan The Eye di ruang santai LFM. Setelah menontonnya dengan rekomendasi dari Neng Sally : “ini mah Film romantis, bukan horor”, saya lumayan setuju dan terkesan . Kalau masalah tingkat seramnya memang lebih menyeramkan trilogi Ringu, tapi The Eye punya keunikan cerita dengan twist ending yang luar biasa mantaaap. Tidak ada hantu balas dendam seperti Sadako yang membunuh-bunuh orang. The Eye adalah kisah tragis mengharukan, diwujudkan dengan penyutradaraan dan akting yang sangat bagus.
Ketika muncul sequelnya The eye 2, awalnya saya tidak begitu tertarik. Hanya karena ada teman yang mengajak nonton, gratisan, saya menontonnya di bioskop.
Walaupun banyak dikritik tidak sebagus yang pertama, The Eye 2 punya gaya horor seperti film sebelumnya. Tokoh utamanya bisa melihat sosok orang-orang yang sudah mati. Dengan brengseknya, sutradara film ini membuat kemunculan sosok2 itu seolah akan membahayakan si tokoh utama atau kita sebagai penonton? Ini kan yang membuat film menjadi horor. Apa yang akan sebetgulnya diinginkan dan akan dilakukan roh-roh gentayangan itu? Tapi tidak seperti selesai menonton
The Ring yang membuat hati menjadi gundah gulana, Ending The Eye 1 & 2 justru memberikan ketenangan jiwa. The Eye 1 & 2 yang termasuk film horor justru memutar balik pola pikir kita tentang pameo mistis yang telah menjadi hegemoni dalam sistim kehororan dunia entertainment (apaaa pula ini?).

Sayang oh sayangg.. ketika saya bermaksud memperlihatkan
The Eye 2 kepada saudara dan teman-teman yang lain, saya sangat kecewa karena ada satu adegan yang tidak ada di dvd yang kami tonton. Apakah pembajaknya yang eror (karena sudah dua dvd, di penyewaan dan yang saya beli sama isinya) atau memang ada versi yang seperti itu? Padahal, adegan itu adalah adegan yang saya tunggu-tunggu sepanjang film, karena menurut saya paling menjelaskan (dan memberi ketenangan jiwa seperti yang saya sebut di atas). Saya tidak hafal berapa adegan persisnya yang hilang, yang pasti saya sampai terpana memble kebingungan “loh..loh.. koq ujug-ujug begini???”

Ending
The Eye 2 jadi terasa menggantung dan aneh. Entahlah apa orang lain mengerti rasa kehilangan itu. Mereka hanya kebingungan mendengar saya menjelaskan “bla-bbla-bla.. harusnya tuh begini begono..” ohh.. hilanglah kesan itu. Bagimana dengan penonton lain yang juga menonton via dvd bajakan? Jangan-jangan mereka pun kurang mendapat esensi film itu.

Catatan tambahan, des 2009
Setelah di seldiki lebih jauh, versi dvd itu adalah alternative ending dan entah kenapa versi itu yang ada di dvd (bajakan) yang beredar. Saya berhasil menemukan adegan penutup seperti yang saya tonton di bioskop melalui youtube
Lebih jauh mengenai perbedaan penutup film ini saya bahas di: Adegan Yang Hilang

Tuesday, October 30, 2007

Adegan yang Hilang


Sinopsis The Eye 2

SPOILER ALERT!!!!


SPOILER ALERT!!!!

SPOILER ALERT!!!! 

 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


 The Eye2 bercerita tentang seorang wanita, Joey Cheng (Shu Qi), yang sedang patah hati ditinggal pacarnya yang juga suami orang. Dia sampai mencoba bunuh diri dengan menelan puluhan tablet obat tidur, namun berhasil diselamatkan. Setelah itu, Joey sering melihat sosok-sosok aneh, yang tiada lain adalah orang-orang yang sudah mati. Bahkan ada sosok seorang wanita yang terus mengikutinya. Wanita itu ternyata adalah istri pacarnya yang bunuh diri ketika tahu bahwa suaminya selingkuh. Apa yang mungkin akan dilakukan hantu wanita itu tentunya yang membuat Joey ketakutan. Ditambah lagi, Joey sedang mengandung dan ia merasa bayinya dalam bahaya, sementara berbagai hal aneh menyertainya. Dalam satu kejadian, seorang psikopat jahil di pojokan jalan gelap mendekati Joey, entah apa yang terjadi, joey kehilangan kesadaran, dan orang itu jadi babak belur dengan keadaan yang mengerikan. Menjelang kelahiran, Joey dirawat di rumah sakit dan ia melihat lebih banyak sosok aneh . Bahkan, ia melihat suatu peristiwa ketika sesosok hantu berusaha masuk ke dalam perut wanita yang hendak melahirkan. Karena hanya dia yang bisa melihat, sikapnya yang semakin mendekati mental breakdown mengkhawatirkan orang-orang di sekitarnya.

Di rumah sakit, Joey berteman dengan seorang wanita yang sedang hamil tua. Joey melihat ada seorang hantu bapak-bapak aneh dengan tanda di keningnya yang selalu mengikuti temannya. Kepanikan Joey hanya dianggap keanehan oleh temannya itu. Sampai puncaknya ketika temannya itu sedang melahirkan, dia melihat si Bapak itu lagi. Joey menjadi histeris lalu lari dan mencoba bunuh diri dengan meloncat dari atap rumah sakit. Inilah adegan klimaks film. Sekali lagi Joey ternyata selamat dari kematian dan melahirkan dengan selamat pula.

Nah, adegan yang hilang adalah ketika dia bertemu dengan temannya itu dan bayinya, (saya sudah agak lupa adegan persisnya, sudah sekitar 4 tahun yll menontonnya ) dia melihat bayi temannnya memiliki tanda yang sama di kening dengan sosok hantu bapak2 yang dilihatnya. Joey bermaksud memperingati temannya bahwa itu bukan anaknya, tapi ketika tampak sebuah foto dengan bapak tersebut di dalamnya, temannya menjelaskan bahwa itu adalah foto ayahnya, berarti anaknya memiliki tanda yang sama dengan kakeknya. Hal ini memupus semua kecurigaan dan buruk sangka Joey dan juga kita, penonton. Hantu-hantu itu hanya ingin bereinkarnasi, dan itu bukanlah kejahatan. Sementara hantu istri pacar Joey yang mengikutinya itu juga bermaksud bereinkarnasi ke dalam bayi Joey, maka itu ia selalu melindungi nyawa Joey dan bayinya. Menurut saya, ketika Joey menyadari bahwa bayi itu lahir sebagai reinkarnasi kakeknya itu lah twistnya dari adegan-adegan yang melelahkan sepanjang film.

Dalam versi yang ada di dvd bajakan, setelah dia diselamatkan dari percobaan bunuh diri , tiba-tiba langsung ke adegan saat Joey sudah melahirkan dan sedang ditengok oleh temannya dan mantan pacarnya. Joey tampak sangat sayang pada bayinya, tapi terlihat aneh bagi dua orang itu yang tidak mengerti—sama seperti penonton juga, mungkin tidak mengerti apa inti cerita tersebut karena kehilangan adegan yang secara tidak langsung menjelaskan banyak misteri.

Intinya, untunglah saya sempat menontonnya di Bioskop, karena bagaimanapun menonton film adalah mencari kesan. Saya bersyukur ada Pang Brothers yang mampu membuat film horor yang tidak seperti biasanya. Yang membuatnya menjadi "horor" ternyata hanyalah berkaitan dengan Prasangka. Dalam The Eye 1 & 2, tidak ada tokoh jahat dan hantu jahat. Semuanya manusiawi dan hantuwi (???).
Menurut saya, KEREN PISANN

16 des 2009
tambahan info: sepertinya yang ada di dvd itu bukan sekesdar versi sensor (entah apaa yang disensor) tapi semacam
alternative ending. Ini versi yang saya tonton di bioskop

(Link sebelumnya udah ilang, sekarang adanya di sini:




Tuesday, June 19, 2007

Pucuk Harapan

(lagi-lagi judul yang aga "dangdut" hehe)

Di Bandung, dua tahun terakhir....

Ratusan pohon mati karena penyakit
Ratusan pohon ditebang demi pembangunan
Ratusan pohon ditebang demi pelebaran jalan
Ratusan pohon ditebang untuk memperluas tempat parkir
Ratusan pohon ditebang dengan alasan mempercantik taman
Ratusan pohon kecil mati sebelum tumbuh karena ditanam asal-asalan, kekeringan, atau dizholimi tukang parkir...





Wednesday, April 11, 2007

Tuesday, April 10, 2007

Bunga Emas yang Berdarah

Man cheng jin dai huang jin jia

Directed by
Yimou Zhang

Writing credits
(in alphabetical order)

Yu Cao (play)
Yimou Zhang

Cast (in credits order)
Yun-Fat Chow ... Emperor Ping
Li Gong ... Empress Phoenix

Jay Chou ... Prince Jai
Ye Liu ... Crown Prince Wan

Original Music
Shigeru Umebayashi


Percekcokan dalam rumah tangga bisa berujung pada jatuhnya korban belasan ribu orang. Hal itu mungkin terjadi, ketika yang terlibat pada konflik itu adalah keluarga kerjaan dari sebuah dinasti yang sedang berada pada puncak kejayaannya. Dan huru-hara pun terjadi dalam film Curse of The Golden Flower, kisah rumah tangga pada pucuk pimpinan kekaisaran Cina pada suatu masa...

Seorang permaisuri yang keadaan kesehatannya semakin buruk hari kehari, berusaha untuk melawan suaminya, sang kaisar, yang merupakan penyebab kondisinya. Sang permaisuri tanpa daya karena hidupnya terjebak dalam seremonial istana. Namun, ia masih dapat menemukan jalan yang sangat ekstrim untuk melawan. Akibatnya, bukan hanya anak-anak mereka yang terlibat dan menjadi korban. Konflik keluarga, yang juga ditumpangi kepentingan politik dan cinta ini memakan terlalu banyak tumbal.

Entah masalah yang mana sebetulnya yang menjadi asal muasal, semua hal seolah menjadi sebab-akibat yang saling beruntun bertubi. Para tokoh dengan dosanya masing-masing, dan masa lalu pun datang membawa dendam.

Kerukunan keluarga kaisar yang sering ditampilkan untuk menjadi contoh bagi rakyatnya hanya topeng belaka. Situasi seperti itu memang bukan hal yang aneh dalam kenyatan sehari-hari sampai masa kini, di keluarga suatu kerajaan maupun di tengah masyarakat. Dalam film ini, perang dingin antar kedua tokoh sentral semakin membakar, adu taktik dan adu kekuatan bergerilya menanti klimaks. Chong Yang Festival pun menjadi momen untuk penyelesaian. Festival yang seharusnya menyimbolkan kerukunan keluarga dengan nilai-nilai luhur, justru berada dalam keadaan yang sebaliknya.

Dalam kemegahahan kolosal film ini, kita hanya mengenal dua keluarga. Keluarga inti kekaisaran, dan keluarga tabib kerajaan --yang memang punya peran cukup besar dalam perseteruan ini, sehingga juga ikut menanggung nasib sial. Selebihnya, hanyalah figuran atau CGI. Kita tidak perlu tahu siapa saja yang gugur di halaman istana, siapa menangisi siapa di luar sana.

Di antara kilauan emas kostum maupun dekorasi istana, yang paling berkilau adalah Gong Li dan Chouw Yun Fat. Bobot akting mereka sepadan membuktikan kualitas sebagai aktor senior. Walaupun kisah dalam film CoTGF mirip-mirip telenovela, penuh melodrama, atau setidaknya tipikal sinetron asia yang penuh intrik dan dilema, semua masalah seolah terungkap dalam ekspresi kedua tokoh. Ekspresi mereka dapat mengungkapkan jutaan kata.


Tak perlu bertele-tele curhat, air mata sang permaisuri dan senyum sinis sang kaisar dapat menggambarkan apa yang sedang mereka pikirkan, masa lalu, masa kini dan masa depan yang terbayang. Kita tak hanya melihat seorang kaisar yang keras dan berkuasa, bijaksana sekaligus penuh tipu daya, namun dalam situasi yang tak terduga ia juga bisa terlihat penuh kasih sayang dan rapuh. Sementara Gong Li menampilkan permaisuri yang memendam dendam, berwibawa dan keras kepala namun menjadi tak berdaya dalam kungkungan patriarki.


Tidak sekedar melodrama, CoTGF juga merupakan film action dengan koreografi menawan, disertai dekorasi dan kostum warna-warni bersulam emas, jajaran korps dayang-dayang, kasim, dan berbagai kelompok perangkat istana yang ramai memenuhi kompleks Istana Terlarang. CoTGF Memenuhi semua persyaratan film yang megah dan mahal. Namun, semua itu tak sepenting akting kedua tokoh sentral.


Zhang Yimou dan kreatifitasnya, menghadirkan karya unik dengan perspektif baru melalui Reuninya dengan Gong Li kali ini.

Sunday, March 04, 2007

Frame Keren II

Edisi: Tom Cruise Paling ganteng di....

Seganteng-gantengnya om Tom Cruise, penampilannya yang pualing keren dengan karakterisasi menarik adalah sebagai tokoh le vampire Lestat di "Interview with The Vampire" film yang diangkat dari novelnya Anne Rice dan disutradarai Neil Jordan.

Dan inilah Tom Cruise paling ganteng, dalam sosok Lestat yang tirus pucat saat bertemu Louis dan panik mendapat sorotan lampu.






























Thursday, March 01, 2007

Tuesday, February 20, 2007

Frame Keren Menurut Sambalado de Pulszky

Edisi Pertama: Adegan Penutup paling romantis:

1. Time & Tide karya Tsui Hark




















Mungkinkah frame yang menampilkan dua pasang kaki ini menunjukkan suasana yang romantis? tentu saja bisa!! makanya, tonton aja filmnya!


2. Great Expectation versi Alfonso Cuaron















Yang ini frame romantis versi klasik. Walaupun tidak ingat di mana, tapi rasanya adegan semacam ini terasa akrab. Entah ada di Fairy Tale, film jaman dulu, atau mungkin Telenovela? (beuh...). Tapi tidak seperti ending a la rom-com atau drama Hollywood standard, sebagai penutup dari seluruh rangkaian kisahnya, adegan ini punya kekuatan yang luar biasa... morantisss!!!

Frame Keren II
Frame Keren III


Friday, February 16, 2007

Sambal Kecap Asin

Bahan-bahan:
Cabe Rawit
Bawang Putih
Gula Putih
Merica
Jeruk Limo

Cara membuat:

Ulek cabe rawit, gula putih dan bawang putih sampai tercampur. Tambahkan sedikit merica. Campurkan kecap manis dan kecap asin 1:3 dengan bumbu yang sudah diulek.
Beri asam jeruk secukupnya.
Pindahkan ke piring, siap di santap melengkapi ikan goreng, tahu goreng, dll


Thursday, February 15, 2007

Untuk Namamu yang Indah

(Madu lageee madu lagee!!)

Waktu SMA, saya sempat beranggapan bahwa nama semua kecengan saya harus berunsur huruf "R". Sampai-sampai jadi rumus yang rada dipaksakan, walau sekedar nama panggilan atau nama belakang, bahkan nama bapaknya pun jadi!

Masa-masa dan teori gak penting itu memudar sendiri, sementara sebuah nama yang bertahun-tahun terus mengiang tetap melekat di hati dan pikiran: Vaslav Fomitch Nijinsky. Karena-sia-sia mendapatkan kombinasi nama yang sepadan di lingkungan saya (=p), cukuplah beliau ini dijadikan pelampiasan hobi berburu cerita yang tetap menjadi penting sampai sekarang.

Selanjutnya, di masa tingkat-tingkat akhir kuliah saya mulai menyadari kesukaan terhadap kisah Frankenstein dan Van Gogh yang sebenarnya sudah berlangsung lama juga.

Awakening tentang Frankenstein dimulai setelah menonton Film karya Kenneth Branagh "Mary Shelley Frankenstein". Sebelumnya ketika film-film Frankenstein diputar di TV (mungkin film hitam-putihnya ataupun versi miniseri) saya tidak begitu perduli, entah menonton atau tidak saya tidak ingat. Lagipula saya tidak begitu suka film horor, sementara seperti itulah asumsi saya tentang kisah Frankenstein.
Lalu, ketika credit title pun belum muncul di layar bioskop Kiara*, sementara penonton sudah "diusir" dari bioskop, adegan terakhir yang sangat mengharukan, tragis dan getir membuat saya benar-benar tersepona, melengkapi seluruh esmosi selama film berlangsung. Dan sejak saat itu saya begitu kagum pada sang filmmaker dan menyimpan rasa penasaran tentang kisah Frankenstein.

Lukisan-lukisan Van Gogh sudah saya kenal sejak kecil, semenjak mulai dikenalkan pada buku penuh warna "Impressionism" milik ibu saya. Walaupun belum benar-benar mengerti secara teori seni maupun sejarahnya , lukisan-lukisan Van Gogh jelas paling mencolok dibanding karya para impresionis lainnya, dan cocok untuk selera saya yang masih anak-anak.

Begitulah, dan saya tersadar akan kombinasi nama mereka ketika saya secara nyaris berturut-turut mengangkat kisah masing-masing ketiga pemilik nama itu untuk artikel buletin LFM**. Vaslav Fomitch Nijinsky,
Victor Frankenstein, dan Vincent Van Gogh.
Terasa berima begitu indahnya kombinasi huruf V dan F!!!. Dan bukan sekedar nama. Mereka adalah My Favourite Psycho Geniuses! haha...
Sejak itu saya mulai dengan kesadaran memfavoritkan kedua huruf tersebut, terutama kombinasinya. Namun, seperti kata si bambumuda, saya tidak terlalu mudah jatuh hati pada nama-nama V lainnya. Tetap saja sang tokoh dan kisahnya dulu yang harus membuat saya tertarik.

Yang pasti, cukuplah dalam cerita sejarah maupun novel fiksi saja mereka jadi kesukaanku. Di dunia nyata sih jangan sampe saya berjodoh dengan psikopat macam begitu, artist maupun scientist, apalagi yang mengaku-aku dan merasa-rasa demikian, siapapun namanya!! amiin... (semoga gak kualat).

Oya, pemeran Unnamed Creature di film JaDulnya
Frankenstein(taun 40-an) namanya bagus juga: Boris KarloFF. Dan karakter yang dia tampilkan menjadi monumental dan legendaris.

Tambahan lagi, tiga model sebuah minuman vitamin C --yang papan iklan besarnya terpasang dengan mencolok di jalan Merdeka Bandung yang juga ketiganya merupakan ratu sejagat (hualah) namanya memiliki unsur V loh! Amelia Vega, Natalie GleboVa, Zuleyka RiVera (nah ini baru bener-bener gak penting)


*Sebuah bioskop di jalan Kiara Condong. Sudah tergusur bertahun-tahun lalu. Konon termasuk korban dominasi 21.
Penulis menonton Mary Shelley's Frankenstein sekitar tahun 1995

** Sayangnya, yang tentang Van Gogh tidak jadi dimuat karena ketidakjelasan pengelolaan buletinnya waktu itu =(

Wednesday, January 17, 2007

........... on 2046 (again)

Yah, saya memang tergila-gila pada Kimura Takuya di film 2046. Sampai-sampai niat membuat resensi 2046 pun terbengkalai karena saya sudah berpuluh kali memutar film itu, tapi hampir seluruhnya mengulang-ulang adegan Kimura Takuya di kereta api, terutama 5 menit pembukaan. Akibatnya, saya sempat hampir lupa keseluruhan cerita dan adegan-adegan lain.

Belum berhasil merumuskan kata-kata, selain ini:


Sebagus-bagusnya film Wong Kar Wai, bagian terbaik yang pernah dia buat adalah adegan-adegan yang menampilkan Kimura Takuya di 2046, dalam sosok dan suara.

Bagian terbaik kedua adalah Takeshi Kaneshiro lari pagi di Chungking Express. Sayang cuma punya dalam bentuk VHS, jadi belum dapat hasil capturenya.



Di koridor kereta api
Preview gambar

Monday, January 15, 2007

Memories

In the old days, when people had secrets they didn't want to share, they'd climb a mountain. They'd find a tree and carve hole in it, and whisper the secret into the hole then cover it over with mud. That way, nobody else would ever discover it..

I once fell in love with someone. After a while, she wasn't there. I went to 2046. I thought she might be waiting for me there. But I couldn't find her. I can't stop wondering if she loves me or not, but I never found out. Maybe her answer was like a secret that no one else would ever know......



Quoted from "2046"
a film by Wong Kar Wai

Sunday, January 14, 2007

Dear Victor


Apa yang ada di kepala Victor Frankenstein? Ia tumbuh di tengah kehangatan keluarga dan sahabat, dengan orang tua yang penuh kasih sayang dan menyebarkan kebaikan untuk sesama. Mereka hidup sejahtera, aman tenteram di negeri yang damai dalam rumah megah di tengah keindahan alam. Ia juga memiliki kesempatan untuk mengecap pendidikan sebaik-baiknya, serta melanjutkan kehidupan yang baik tersebut bersama wanita yang dicintainya.

Seperti wajarnya seorang remaja, Victor memiliki keingintahuan yang tinggi. Antusiasme dan obsesinya mengarah ke satu bidang yang dianggap tidak menarik bagi kebanyakan remaja: Science. Ia membedakan diri dari teman-teman terdekatnya, bahkan orangtuanya, dengan keinginannya untuk mempelajari rahasia-rahasia yang ada di langit dan bumi. Victor terhanyut dalam berbagai buku karya para ahli di bidang ilmu alam dan selalu tertarik pada penemuan-penemuan baru. Namun, selalu ada yang ia rasa kurang, yang belum terungkap. Ia ingin menapaki jalan baru, menggali kekuatan yang masih tersembunyi dan mengungkap misteri penciptaan.

Victor bekerja keras, seluruh konsentrasinya ia curahkan pada studi, penelitian dan percobaan-percobaannya. Siang dan malam tak kenal istirahat ia berkutat sendirian di laboratoriumnya yang terisolasi. Setiap kemajuan atau keberhasilan membuatnya semakin terobsesi untuk mengungkap lebih jauh lagi apa yang masih disembunyikan alam. Victor mengabaikan kekhawatiran keluarga dan sahabat-sahabatnya, tak perduli apa yang terjadi di dunia luar dan sekelilingnya. Namun, hal terpenting yang ia lupakan adalah bahwa kehidupan dan kematian adalah sepenuhnya kuasa Tuhan. Bahwa kesedihan akan kehilangan merupakan takdir manusia. Bahwa alam ini diciptakan dengan keseimbangan dan dunia tanpa kematian bukanlah dunia yang lebih baik. Bahwa manusia takkan mungkin menggantikan posisi Yang Maha Mencipta……

Suatu hari, tujuan dari semua kerja kerasnya tercapai: Victor berhasil menghidupkan tubuh tak bernyawa yang disusun dari jaringan-jaringan tubuh manusia lain. Tubuh yang tidak sekedar bisa bergerak, tetapi juga memiliki akal dan perasaan. Namun ternyata, hasil dari semua pengorbanannya ini tidak membuatnya bahagia, tetapi ia justru dikejar rasa takut dan perasaan bersalah, bahkan muak pada diri sendiri. Victor Frankenstein menjadi seorang pencipta yang tidak mencintai hasil ciptaannya sendiri.

Lalu, bagaimana makhluk itu bisa bernyawa? Benarkah Victor yang telah meniupkan nyawa ke dalam tubuhnya? Sementara, seluruh tubuh makhluk itu sendiri terdiri dari kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang diciptakan langsung oleh Tuhan. Apakah dengan memasang otak pada tubuhnya, makhluk itu bisa memiliki akal, berpikir dan belajar? Memasang jantung dan hati bisa membuatnya memiliki perasaan, ingin dicintai dan mencintai?

Victor Frankenstein telah membangkitkan sesosok manusia dalam bentuk yang sangat tidak sempurna. Postur tubuh dan wajah yang dimilikinya dinilai oleh manusia lain sebagai penampilan yang janggal, mengerikan sekaligus menjijikkan. Namun, ia memiliki kecerdasan dan mampu dengan segera menyamakan kemampuannya dengan manusia lain. Ia juga memiliki keinginan untuk dilindungi dan diperdulikan, serta merasakan sakitnya dikucilkan hanya karena penampilannya yang tidak normal bagi manusia lain. Ketika mengetahui siapa yang telah membentuknya sedemikian rupa dan mendatangkan nyawa kemudian mengabaikannya, yaitu orang yang seharusnya menjadi ayahnya, kebencian merasuki diri makhluk yang kesepian ini. Ia tidak tahu bagaimana mengendalikan amarahnya, maka kehadirannya di dunia ini menjadi hukuman untuk Victor Frankenstein.

Seluruh kebahagiaan Victor Frankenstein hancur. Satu persatu keluarga dan sahabatnya pergi dari alam kehidupan. Victor tidak sanggup mencegahnya karena ia sendiri yang telah meninggalkan tanggungjawabnya. Ia tidak bisa memenuhi tuntutan makhluk karyanya, dan justru kebenciannya sendiri yang menjadi semakin dalam. Victor pun menjadi makhluk yang kesepian. Sisa semangat dalam dirinya adalah keinginan balas dendam, dengan mengejar dan menghancurkan sendiri makhluk yang telah ia hadirkan di bumi ini. Namun, ia tak ditakdirkan untuk menyelesaikan misi terakhirnya ini.

Victor Frankenstein meninggal dalam penyesalan. Harapan yang tinggi, segala ambisinya di masa muda dengan gambaran-gambaran keberhasilan hanya membuatnya terpuruk ke dalam kesedihan yang terdalam. Semua menjadi sia-sia, bahkan ia sendiri telah mendatangkan kutukan untuk dirinya.


Diceritakan kembali oleh:
Ramala Pualamsari
7 September 2002

Berdasarkan
Novel : Frankenstein, oleh Mary Shelley, 1818
Film : "Mary Shelley’s Frankenstein"
karya Kenneth Branagh, 1994

Thursday, January 04, 2007

Curse Them, Root and Branch!


"....Down the borders, they are felling trees - good trees. Some of the trees they just cut down and leave to rot-
.....
Curse him, root and branch! many of those trees were my friends, creatures I had known from nut and acorn; many had voices of their own that are lost forever now. And there are wastes of stump and bramble where once there were singing groves. I have been idle. I have let things slip. It must stop!"

--Treebeard the Ent on "The Lord of the Rings" book three :"The treason of Isengard" ch. IV, p. 85---


Yapp.. we really need the Ents marching here in Indonesia