Waktu SMA, saya sempat beranggapan bahwa nama semua kecengan saya harus berunsur huruf "R". Sampai-sampai jadi rumus yang rada dipaksakan, walau sekedar nama panggilan atau nama belakang, bahkan nama bapaknya pun jadi!
Masa-masa dan teori gak penting itu memudar sendiri, sementara sebuah nama yang bertahun-tahun terus mengiang tetap melekat di hati dan pikiran: Vaslav Fomitch Nijinsky. Karena-sia-sia mendapatkan kombinasi nama yang sepadan di lingkungan saya (=p), cukuplah beliau ini dijadikan pelampiasan hobi berburu cerita yang tetap menjadi penting sampai sekarang.
Selanjutnya, di masa tingkat-tingkat akhir kuliah saya mulai menyadari kesukaan terhadap kisah Frankenstein dan Van Gogh yang sebenarnya sudah berlangsung lama juga.
Awakening tentang Frankenstein dimulai setelah menonton Film karya Kenneth Branagh "Mary Shelley Frankenstein". Sebelumnya ketika film-film Frankenstein diputar di TV (mungkin film hitam-putihnya ataupun versi miniseri) saya tidak begitu perduli, entah menonton atau tidak saya tidak ingat. Lagipula saya tidak begitu suka film horor, sementara seperti itulah asumsi saya tentang kisah Frankenstein.
Lalu, ketika credit title pun belum muncul di layar bioskop Kiara*, sementara penonton sudah "diusir" dari bioskop, adegan terakhir yang sangat mengharukan, tragis dan getir membuat saya benar-benar tersepona, melengkapi seluruh esmosi selama film berlangsung. Dan sejak saat itu saya begitu kagum pada sang filmmaker dan menyimpan rasa penasaran tentang kisah Frankenstein.
Lukisan-lukisan Van Gogh sudah saya kenal sejak kecil, semenjak mulai dikenalkan pada buku penuh warna "Impressionism" milik ibu saya. Walaupun belum benar-benar mengerti secara teori seni maupun sejarahnya , lukisan-lukisan Van Gogh jelas paling mencolok dibanding karya para impresionis lainnya, dan cocok untuk selera saya yang masih anak-anak.
Begitulah, dan saya tersadar akan kombinasi nama mereka ketika saya secara nyaris berturut-turut mengangkat kisah masing-masing ketiga pemilik nama itu untuk artikel buletin LFM**. Vaslav Fomitch Nijinsky, Victor Frankenstein, dan Vincent Van Gogh.
Terasa berima begitu indahnya kombinasi huruf V dan F!!!. Dan bukan sekedar nama. Mereka adalah My Favourite Psycho Geniuses! haha...
Sejak itu saya mulai dengan kesadaran memfavoritkan kedua huruf tersebut, terutama kombinasinya. Namun, seperti kata si bambumuda, saya tidak terlalu mudah jatuh hati pada nama-nama V lainnya. Tetap saja sang tokoh dan kisahnya dulu yang harus membuat saya tertarik.
Yang pasti, cukuplah dalam cerita sejarah maupun novel fiksi saja mereka jadi kesukaanku. Di dunia nyata sih jangan sampe saya berjodoh dengan psikopat macam begitu, artist maupun scientist, apalagi yang mengaku-aku dan merasa-rasa demikian, siapapun namanya!! amiin... (semoga gak kualat).
Oya, pemeran Unnamed Creature di film JaDulnya Frankenstein(taun 40-an) namanya bagus juga: Boris KarloFF. Dan karakter yang dia tampilkan menjadi monumental dan legendaris.
Tambahan lagi, tiga model sebuah minuman vitamin C --yang papan iklan besarnya terpasang dengan mencolok di jalan Merdeka Bandung yang juga ketiganya merupakan ratu sejagat (hualah) namanya memiliki unsur V loh! Amelia Vega, Natalie GleboVa, Zuleyka RiVera (nah ini baru bener-bener gak penting)
*Sebuah bioskop di jalan Kiara Condong. Sudah tergusur bertahun-tahun lalu. Konon termasuk korban dominasi 21.
Penulis menonton Mary Shelley's Frankenstein sekitar tahun 1995
** Sayangnya, yang tentang Van Gogh tidak jadi dimuat karena ketidakjelasan pengelolaan buletinnya waktu itu =(
Penulis menonton Mary Shelley's Frankenstein sekitar tahun 1995
** Sayangnya, yang tentang Van Gogh tidak jadi dimuat karena ketidakjelasan pengelolaan buletinnya waktu itu =(
No comments:
Post a Comment