Sunday, January 14, 2007

Dear Victor


Apa yang ada di kepala Victor Frankenstein? Ia tumbuh di tengah kehangatan keluarga dan sahabat, dengan orang tua yang penuh kasih sayang dan menyebarkan kebaikan untuk sesama. Mereka hidup sejahtera, aman tenteram di negeri yang damai dalam rumah megah di tengah keindahan alam. Ia juga memiliki kesempatan untuk mengecap pendidikan sebaik-baiknya, serta melanjutkan kehidupan yang baik tersebut bersama wanita yang dicintainya.

Seperti wajarnya seorang remaja, Victor memiliki keingintahuan yang tinggi. Antusiasme dan obsesinya mengarah ke satu bidang yang dianggap tidak menarik bagi kebanyakan remaja: Science. Ia membedakan diri dari teman-teman terdekatnya, bahkan orangtuanya, dengan keinginannya untuk mempelajari rahasia-rahasia yang ada di langit dan bumi. Victor terhanyut dalam berbagai buku karya para ahli di bidang ilmu alam dan selalu tertarik pada penemuan-penemuan baru. Namun, selalu ada yang ia rasa kurang, yang belum terungkap. Ia ingin menapaki jalan baru, menggali kekuatan yang masih tersembunyi dan mengungkap misteri penciptaan.

Victor bekerja keras, seluruh konsentrasinya ia curahkan pada studi, penelitian dan percobaan-percobaannya. Siang dan malam tak kenal istirahat ia berkutat sendirian di laboratoriumnya yang terisolasi. Setiap kemajuan atau keberhasilan membuatnya semakin terobsesi untuk mengungkap lebih jauh lagi apa yang masih disembunyikan alam. Victor mengabaikan kekhawatiran keluarga dan sahabat-sahabatnya, tak perduli apa yang terjadi di dunia luar dan sekelilingnya. Namun, hal terpenting yang ia lupakan adalah bahwa kehidupan dan kematian adalah sepenuhnya kuasa Tuhan. Bahwa kesedihan akan kehilangan merupakan takdir manusia. Bahwa alam ini diciptakan dengan keseimbangan dan dunia tanpa kematian bukanlah dunia yang lebih baik. Bahwa manusia takkan mungkin menggantikan posisi Yang Maha Mencipta……

Suatu hari, tujuan dari semua kerja kerasnya tercapai: Victor berhasil menghidupkan tubuh tak bernyawa yang disusun dari jaringan-jaringan tubuh manusia lain. Tubuh yang tidak sekedar bisa bergerak, tetapi juga memiliki akal dan perasaan. Namun ternyata, hasil dari semua pengorbanannya ini tidak membuatnya bahagia, tetapi ia justru dikejar rasa takut dan perasaan bersalah, bahkan muak pada diri sendiri. Victor Frankenstein menjadi seorang pencipta yang tidak mencintai hasil ciptaannya sendiri.

Lalu, bagaimana makhluk itu bisa bernyawa? Benarkah Victor yang telah meniupkan nyawa ke dalam tubuhnya? Sementara, seluruh tubuh makhluk itu sendiri terdiri dari kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang diciptakan langsung oleh Tuhan. Apakah dengan memasang otak pada tubuhnya, makhluk itu bisa memiliki akal, berpikir dan belajar? Memasang jantung dan hati bisa membuatnya memiliki perasaan, ingin dicintai dan mencintai?

Victor Frankenstein telah membangkitkan sesosok manusia dalam bentuk yang sangat tidak sempurna. Postur tubuh dan wajah yang dimilikinya dinilai oleh manusia lain sebagai penampilan yang janggal, mengerikan sekaligus menjijikkan. Namun, ia memiliki kecerdasan dan mampu dengan segera menyamakan kemampuannya dengan manusia lain. Ia juga memiliki keinginan untuk dilindungi dan diperdulikan, serta merasakan sakitnya dikucilkan hanya karena penampilannya yang tidak normal bagi manusia lain. Ketika mengetahui siapa yang telah membentuknya sedemikian rupa dan mendatangkan nyawa kemudian mengabaikannya, yaitu orang yang seharusnya menjadi ayahnya, kebencian merasuki diri makhluk yang kesepian ini. Ia tidak tahu bagaimana mengendalikan amarahnya, maka kehadirannya di dunia ini menjadi hukuman untuk Victor Frankenstein.

Seluruh kebahagiaan Victor Frankenstein hancur. Satu persatu keluarga dan sahabatnya pergi dari alam kehidupan. Victor tidak sanggup mencegahnya karena ia sendiri yang telah meninggalkan tanggungjawabnya. Ia tidak bisa memenuhi tuntutan makhluk karyanya, dan justru kebenciannya sendiri yang menjadi semakin dalam. Victor pun menjadi makhluk yang kesepian. Sisa semangat dalam dirinya adalah keinginan balas dendam, dengan mengejar dan menghancurkan sendiri makhluk yang telah ia hadirkan di bumi ini. Namun, ia tak ditakdirkan untuk menyelesaikan misi terakhirnya ini.

Victor Frankenstein meninggal dalam penyesalan. Harapan yang tinggi, segala ambisinya di masa muda dengan gambaran-gambaran keberhasilan hanya membuatnya terpuruk ke dalam kesedihan yang terdalam. Semua menjadi sia-sia, bahkan ia sendiri telah mendatangkan kutukan untuk dirinya.


Diceritakan kembali oleh:
Ramala Pualamsari
7 September 2002

Berdasarkan
Novel : Frankenstein, oleh Mary Shelley, 1818
Film : "Mary Shelley’s Frankenstein"
karya Kenneth Branagh, 1994

No comments: