Tuesday, January 22, 2008

Tetesan Air Mata

Adegan menangis dalam film, merupakan salah salah satu adegan yang cukup sulit dalam proses pembuatan film karena membutuhkan aktifnya kelenjar air mata sang aktor yang sesuai dengan adegan yang sedang berlangsung. Mau dilipet selecek apapun, kalau air matanya tak nampak, adegan menangis itu akan tampak garing sekali, dan sangat sulit membuat penonton mencapai kondisi emosi yang sesuai dengan yang diharapkan para pembuat film. Gosipnya sih, banyak juga yang menggunakan bantuan obat tetes mata untuk mendukung adegan menangisnya. Apakah seorang aktor/ aktris mengeluarkan air matanya yang asli, tentunya dapat kita lihat dari proses keluarnya air mata itu.

Saat menonton film, yang bisa membuat kita ikut terharu/ sedih memang tidak harus berupa adegan menangis. Tapi adegan menangis yang dapat membuat penontonnya ikut menangis, atau setidaknya terbawa emosi, tentu adalah adegan yang berhasil. Tidak jarang adegan menangis bersimbah air mata di sinetron-sinetron atau telenovela hanya tampak garing, bahkan lucu.
Selain sekedar mengeluarkan air mata, ekspresi dan bahasa tubuh si aktor tetap harus sesuai dengan konteks adegan. Dukungan aspek lain seperti sinematografi dan musik juga akan sangat mempengaruhi.

Sejak beberapa tahun yang lalu, saya mencatat beberapa adegan air mata dari film-film yang saya tonton. Yang termasuk kriteria adalah adegan yang menyorot tetesan air mata aktor/ aktrisnya secara artistik dalam suasana yang mampu mempengaruhi emosi penontonnya walau tidak perlu sampai ikut menangis keluar air mata, tapi memberi kesan kuat tentang tujuan adegan itu. Karena belum sukses mengkoleksinya, saya belum dapat hasil capture adegan-adegan tersebut, padahal ingin menampilkannya dalam edisi "Frame Keren" lagi.

Sampai sekitar tahun lalu, saya mendaftarkan adegan-adegan berikut sebagai "Best Moments of Tears":

Bu guru cilik di film "Not One Less" saat muncul di televisi dalam rangka mencari muridnya yang pergi ke kota untuk bekerja. Sutradara: Zhang Yimou
Zhang Zi Yi sebagai Zhao Di dalam film "The Road Home" saat mendengar Pak Guru kecengannya kembali ke desa untuk menengoknya yang sedang sakit. Sutradara: Zhang Yimou
Gong Li dalam film "Raise the Red Lantern" pada adegan awal saat dia berbicara bahwa terpaksa memilih diambil sebagai istri/ selir ke empat oleh seorang yang kaya. Sutradara: Zhang Yimou
Gong Li dalam film "Shanghai Triad" saat dia menyadari bahwa bos mafia yang memeliharanya sudah mengetahui pengkhianatannya dan balik menjebak. Sutradara: Zhang Yimou
Charlie Yeung sebagai Eng Tay dalam film Sam Pek Eng Tay, saat dia meneteskan air mata darah karena telah terlalu lama menangis (yang ini tampaknya bukan air mata asli? tapi tetap saja adegannya sangat bagus). Sutradara: Tsui Hark
Maggie Cheung, dalam Sausalito. Lupa apa asal adegannya, yang pasti saat dia menangis, hidungnya memerah. Cantik sekali!! sutradara" Andrew Lau

Nah, dari yang tertulis di atas jelas-jelas semuanya berasal dari film Cina & Hongkong, bahkan didominasi oleh karya Zhang Yimou. Maka itu saya mengambil kesimpulan bahwa jarang sekali film Hollywood memfokuskan gambar pada tetesan air mata. Juga film barat lain, baik Indie Amerika, maupun yang dari Eropa (sebetulnya referensi lintas bangsa saya memang sangat terbatas) jarang yang memberikan adegan air mata yang indah, walaupun bukan berarti adegan menangisnya tidak membuat sedih.

Dari daftar di atas, Best of The Bestnya adalah Gong Li dalam Shanghai Triad. Dia meneteskan air mata saat sedang tertawa!!! menunjukkan betapa perih hatinya dalam tawa satir. Tangisan yang samar tapi menyakitkan, dengan tetesan air mata yang indah.

Daftar di atas sekarang sudah bertambah setalah menonton Will Smith di "Pursuit of Happiness" dan "I am Legend.

Dalam Pursuit... adegan saat bersama anaknya harus bermalam di toilet sebuah gedung karena tidak ada tempat untuk tinggal.
Dalam I am Legend saat Sam, anjingnya yang setia, sekarat.

Ternyata, WILL SMITH IS THE BEST HOLLYWOOD TEAR DROPPER !!!!

Monday, January 21, 2008

V

for


VIKING


Bukan Viking bobotoh Persib. Tulisan ini mengenai tontonan terbaru saya di bioskop:


Beowulf


Yang membuat saya tertarik menontonnya, pertama:
Beowulf tokoh pahlawan Viking dari dongeng kepahlawanan Eropa kuno yang menginspirasi atau menjadi referensi utama novel Eaters of The Dead, atau yang setelah difilmkan judulnya menjadi "The13th Warrior". Sebetulnya lebih tepatnya, T13thW adalah versinya Michael Crichton dari epik Beowulf yang aslinya penuh dengan mitos mistis, menjadi "scientific", dan lebih bisa dipahami secara logika. Saya pribadi sangat menyukai T13thW, baik film maupun novelnya (terlepas dari perbandingan ini-itu antara keduanya).

kedua: Neil Gaiman berperan sebagai salah satu penulis naskahnya (lagi nge-fans berat ke Sandmannya sih) .


ketiga: Film ini produksi salah satu jaringan mafia film di Hollywood dengan kecanggihan teknologi yang tak diragukan lagi. Mungkin bisa menghibur mata..??


Selama menontonnya, saya benar2 terbawa suasana! tegang, lucu, sampai merasa gemaaasssss saking sukanya pada film ini walaupun saat itu belum menonton sampai selesai!!! Beberapa aspek sebetulnya cukup tertebak, tapi kekuatan plot ceritanya memberi permainan emosi yang sangat terasa. Tetap ada kejutan-kejutan full action sampai akhir film.


Kisah Beowulf yang telah "diacak-acak" oleh para penulis skenario di film ini, memberikan sudut pandang yang sangat "menyegarkan" tentang sosok sang pahlawan. Membuktikan bahwa kisah apapun, mulai dari mitos, legenda sampai sejarah pun, sangat tergantung dari para penulisnya dan selalu ada sisi/ bagian yang tidak tertuliskan, yang mungkin tak kan pernah kita tahu. Mungkin itu adalah hal yang kita memang seharusnya tahu atau justru tidak perlu tahu.


Yang pasti, "It's the mistery that lingers" (kutipan dari kutipan dari kutipan)


Yang menyebalkan dari film ini adalah para aktornya, karena merupakan model CGI dari aktor-aktor sebenarnya yang hanya menyumbang suara. Ekspresi manusia yang ditampilkan seorang aktor asli manusia, tidak akan pernah bisa diciptakan kembali oleh manusia untuk ditampilkan oleh sesosok model dari dunia komputer. Tapi bagaimanapun, karakterisasi para tokohnya tetap kuat walau dengan ekspresi wajah yang datar.. ditambah lagi dengan renderan pemandangan, tekstur setiap permukaan yang tampak alami, dinamika kamera dan musik yang... huaduh, hagus hanget.. dan sekali lagi, berkat kekuatan ceritanya, semua termaafkan. Beberapa hal yang tidak jelas atau membingungkan... tetaplah menjadi misteri.

Mantapp.. film Hollywood yang benar2 menghibur saya nih!!


Pesan: Ini Film UNTUK DEWASA. tapi ternyata banyak juga anak kecil yang menontonnya. Bukan karena bokep yah, tapi karena banyak adegan sadisnya.
Hmm mungkin UNTUK REMAJA juga bisa sih. Ah tapi saya tidak mengerti juga tingkatan anak-anak sekarang dan pertimbangan-pertimbangannya LSF.
Yang pasti, jangan kira semua cerita dongeng, fairy tales, komik dan film animasi itu cocok untuk anak-anak.


December 02, 2007 | Permalink