Wednesday, April 07, 2010

Written By---mempermainkan alam kematian??



Written By, film karya sutradara Wai Ka Fai, bukanlah film sembarangan karena memiliki keunikan sendiri dalam bercerita tentang kematian. Film ini jelas berisi cerita fantasi, seperti film-film lain yang bermain dengan alam kematian, tapi Written By lebih masuk di akal. Masuk akal? ya, karena sebetulnya bukan berisi cerita mengenai kematian dan orang yang sudah mati, apalagi tentang arwah yang masih bisa punya kesempatan extra di kehidupan dunia. Written By bercerita tentang yang hidup. Bagaimana yang tertinggal di dunia bertahan menghadapi kehilangan orang-orang yang dicintainya.

Sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawa seorang ayah, meninggalkan isteri, satu anak lelaki dan satu anak perempuan. Bertahun-tahun berlarut dalam kesedihan, keluarga itu menemukan cara mengobatinya. Si anak gadis yang buta akibat kecelakaan itu, Melody, menulis novel tentang kejadian kecelakaan tersebut, tapi keadaannya terbalik. Di alam novelnya, si ayah yang hidup, mereka semua lah yang tewas.

Konsep utama film ini sebenernya adalah quote standard yang sering kita dengar, baca atau tonton: "Yang mati akan tetap hidup di dalam kenangan dan pikiran yang masih hidup". Yang mati tetap hidup di dalam pikiran, di dalam tulisan, di dalam gambar, dan seperti yang tervisualisasikan di sini, yang mati menjadi begitu hidup di dalam film.

Cerita berkembang menjadi novel di dalam novel, seperti mimpi di dalam mimpi, seperti cerita seribu satu malam. Seperti World's End karya Neil Gaiman. Persinggungan antara yang hidup dan yang mati, yang tokoh novel dan yang tokoh "nyata". Ada beberapa poin yang janggal dan tampak konyol. Seperti kemunculan tokoh Meng Phor (??) mungkin semacam dewi kematian, atau pengurus roh yang sudah mati. Dan yang tidak kalah konyol, visualisasi alam kematian membuat film ini jadi sempat terasa selevel dengan Tiramisu dan Fly Me To Polaris. Tapi untungnya, masih banyak komponen filmnya yang begitu elegan dan kembali menaikkan levelnya. Akting Lau Ching Wan sebagai sang ayah adalah jaminan kualitas. Kelly Lin sebagai sang ibu pun tampil cukup menyentuh. Sayangnya Mia Yam sebagai Melody yang merupakan tokoh sentral kurang berhasil menyampaikan emosi karakternya. Selain karena kehambaran Melody, terasa skenarionya pun tidak bertujuan memanipulasi perasaan, maka kita tidak perlu sampai berurai air mata menonton kisah tragis di sini.

Kemungkinan besar selama durasi film, penonton akan semakin merasa kelelahan untuk memahami dan kehilangan kontrol akan plot utama, bingung yang mana yang "kenyataan" yang mana yang novel, mana yang film. Tapi dengan cukup kita ikuti saja, tak perlu dipaksakan untuk dimasukkan ke logika, kita cukup terhibur dan tersentuh dalam kreativitas narasi film ini. Toh ini cuma film.


PS:Kelly Lin cantik banget
Lau Ching Wan aktor yang hebat, walaupun tidak ganteng.


Beberapa tahun yang lalu saya pernah menyimpulkan bahwa film Asia -->Cina --->Hongkong memiliki keberanian ekstra dalam menceritakan tentang kematian dan alam kematian. Selain beberapa jenis jenis film horor, referensi utama saya adalah..umm... dua film yang dibintangi NICHOLAS TSEEEE: Tiramisu dan 2002 dan film yang dibintangi isterinya: Fly Me to Polaris (cih..). Film-film yang terasa sembarangan, seenaknya saja bikin-bikin cerita, namun berhasil dalam kemasan menjadikannya tontonan yang populer karena cukup menghibur.

No comments: