Flowers of War:
Sutradara: Zhang Yimou
Berlatar belakang tragedi sejarah pembantaian di Nanjing oleh pasukan jepang, film ini bercerita tentang interaksi antara sekelompok gadis remaja siswa sekolah katolik dan sekelompok wanita pekerja rumah bordil (ya, pelacur) dalam bertahan hidup. Sebagai film Flowers of War cukup menarik dan memikat, sinematografi suasana perang terasa sangat mencekam, akting para siswa dan para wanita bordil cukup kuat dan chemistry antara mereka sangat dinamis. Sayangnya, di film ini ada tokoh menyebalkan, walaupun eksistensinya adalah sebagai pahlawan penyelamat di film ini: seorang pengusaha pemakaman yang diperankan oleh Christian Bale, bukan sekedar menyebalkan sabagai tokoh tapi juga menyebalkan secara akting. Mungkin Zhang Yimou tidak bisa menangani aktor Hollywood atau memang menyesuaikan karakter Christian Bale agar konsisten dengan kehollywoodan
Red Shorgum.
Sutradara: Zhang Yimou
Debut Zhang Yimou sebagai sutradara, dengan tipe cerita yang menjadi ciri khas film-film selanjutnya yang menampilkan kepolosan dan kesederhanaan masyarakat di pelosok negeri Cina dengan latar belakang budaya, sejarah dan politik. Red Shorgum bersetting di daerah padang pasir menampilkan cara hidup masyarakat usaha pembuatan anggur . Film ini dituturkan dengan narasi seorang cucu tentang kisah kakek dan neneknya. Gong Li berperan sebagai “My Grandma” yang didatangkan dari desa lain untuk menikah dengan pengusaha minuman anggur yang berpenyakit lepra. Suaminya meninggal tidak lama setelah itu sementara dia jatuh cinta pada salah satu pegawainya.
Night and Fog
Sutradara: Ann Hui
Film yang menarik dan gamblang tentang KDRT, diceritakan dalam rangkaian kilas balik, menampilkan kehidupan satu keluarga miskin di suatu wilayah di Hongkong, bagaimana kehidupan mereka berujung tragedi. Film ini berangkat dari beberapa kejadian nyata yang terjadi di wilayah tersebut, yang seolah merupakan fenomena psikologi masyarakatnya. Walaupun kita sudah tahu apa yang terjadi di akhir kisah yang merupakan awal film, menjalani tahap demi tahap prosesnya tetap mengandung berbagai kejutan dan tidak membosankan.. didukung pula dengan akting para pemeran utama maupun pendukung yang menguatkan karakter masing-masing. Bagimana pemerintah di sana membantu para korban cukup memberi harapan, walau mungkin tidak menyelesaikan masalah.
Election 1& 2
Sutradara: Johnnie To
Kedua film ini berkisah mengenai suatu proses pemilihan ketua di satu kelompok mafia hongkong dalam dua periode, berturut-turut di masing2 film. Walaupun protokol suksesi sudah jelas dan disepakati, tetap saja perebutan kekuasaan dan adu antar kubu terjadi. Film penuh kekerasan yang akan membuat kita merasa getir, tapi juga penuh dialog yang tidak bisa langsung kita pahami, membuat tidak semua orang bisa langsung merasa terhubung dengan film ini. Tapi bagaimana penyutradaraan dan cerita yang bisa menarik kita sampai memahami apa yang sebenarnya terjadi sehingga bisa mengenal dan mendalami para karakternya merupakan salah satu kehebatan film ini. Tidak perlu memaklumi kejahatan mereka, tapi mungkin kita bisa memahami suatu sisi lain mengenai manusia. Election 1 & 2 merupakan dwilogi yang penting dan saling melengkapi .
Isabella
Sutradara: Pang Ho Cheung
Shing, seorang polisi yang payah, pemabuk dan hobi main perempuan, pulang dari klub malam bersama seorang wanita. Setelah beberapa pertemuan yang membingungkan di beberapa tempat lain, wanita muda bernama Yan tersebut mengaku kalau dia adalah anak perempuan yang tidak pernah dibesarkan Shing (hmmm....). Cerita selanjutnya berkembang bagaimana dua orang ini membina kehidupan sebagai keluarga sementara karir Shing terancam seiring dengan proses dikembalikannya Macau ke RRC. Bagaimana suatu hubungan emosional terbina tanpa ekspos yang berlebihan diselingi humor-humor kecil dan beberpa kejutan merupakan daya tarik alur cerita. Bukan sekedar hubungan antara manusia saja yang ditampilkan di sini, tapi hubungan emosional Yan dengan seekor anjing yang bernama Isabella.
Love in a Puff
Sutradara: Pang Ho Cheung
Nuansa yang mirip dengan Isabella mewarnai Love In a Puff, tentang berkembangnya hubungan emosional antara dua orang melalui kejadian biasa-biasa dengan semangat humor. Suatu kemampuan tersendiri bagi pembuat film dalam memvisualisasikan humor-humor tersebut dengan begitu ringan tapi menggemaskan, pada hal-hal yang sepertinya sangat mungkin terjadi pada orang-orang biasa, setidaknya di Hongkong.
Dengan digalakkannya peraturan dilarang merokok di lokasi umum, sekelompok karyawan dari berbagai bidang menemukan tempat untuk merokok dan terbentuklah suatu komunitas, pada jam-jam tertentu mereka berkumpul , mengisi waktu berbagi cerita horor maupun gosip. Cherie dan Jimmy merupakan pasangan yang terbentuk dari pergaulan trersebut. Tidak banyak kejadian maupun konflik yang penting dan spektakuler. Hubungan mereka mengalir dengan ringan, tidak tampak mendalam, tapi ada dan wajar terjadi. Walaupun penuih dengan adegan merokok yang perlu disensor, film ini juga mengangkat bagaimana mereka sebetulnya juga ingin berhenti merokok.
Life Without Principle
Sutradara: Johnnie To
Prinsip apa yang masih bisa kita pegang ketika hidup berpatokan pada uang? mengejar angka-angka demi kebendaan dan gaya hidup, sampai terikat pada hutang seumur-umur?. Film ini menampilkan gaya hidup masyarakat Hongkong yang terobsesi dengan uang, dan bagaimana bank menguasai kehidupan demi keuntungan sebesar2nya. Seperti apa kehidupan seorang pensiunan, seorang polisi dan istrinya, sekelompok mafia dan seorang pegawai bank dalam bertahan di krisis moneter ketika segala sesuatu sampai nyawa pun begitu bergantung pada permainan angka-angka? Ya, sebutir permen tidak membantu apapun.
No comments:
Post a Comment