Heran ya, masih banyaak aja orang yang menyapu di depan rumahnya, sampahnya langsung di jatuhkan ke selokan. Bungkus bekas makanan dijatuhkan ke selokan lewat lubang di jalan. Apa mereka berpikir selokan akan membawa pergi sampah-sampah itu dan melenyapkannya, membuat kota kita ini bersih nyaman, taat bersahabat?
Saat memperbaiki trotoar dalam rangka Bandung bersolek, ketahuan betapa banyaknya sampah menyumbat saluran-saluran air di bawah jalan. Pembersihan tentunya tidak tuntas dilakukan, tapi trotoar-trotoar sudah tampak cantik dengan Roman Gress-nya. Kadang juga saya melihat ada orang yang rajin kerja bakti mengangkat gunungan sampah campur aduk dengan bau tidak jelas.
Kasihan deh sama mereka, karena mesti melakukan hal yang semestinya tidak perlu dilakukan. Saya sendiri tentu tidak sanggup melakukannya, mana tahan sama baunya, lagipula saya yakin bukan saya yang membuat selokan itu jadi demikian. Duh, egois yah?
Seingat saya, di sekolahpun diajarkan mengenai lingkungan, bahwa tidak boleh membuang sampah sembarangan termasuk di selokan, bahwa sampah plastik menghambat penyerapan air tanah. Tapi, kenapa masih banyak yang sepertinya tidak tahu atau mengerti? masa sih di sekolah mereka tidak diajarkan atau memang lebih banyak orang yang tidak bersekolah di sini? bagaimana ini ya...
Jadi teringat adegan kemunculan dewa sungai di film Sen To Chihiro no Kamikakushi. Mengena sekali. Seandainya roh sungai Cikapundung bangkit dan masuk ke tengah kota, betapa paniknya...
No comments:
Post a Comment