Based on the novel by Charles Dickens
The tree-lined avenue
Begins to fade from view
Drowning past regrets
……………
Saya menonton Great Expectation versi Alfonso Cuaron di bioskop LFM, sekitar tahun 1999. Saat itu mungkin saya masih belum bisa mendefinisikan selera sendiri. Masih belum berani menyatakan sebuah film itu bagus atau tidak, walaupun sudah memfavoritkan beberapa film bagus yang berkesan tak terlupakan . Tapi tapi somehow.. film ini entah kenapa begitu menyentuh.. ada kesan yang kuat, dan cukup untuk membuat ingin menontonnya lagi dan lagi!! Di TV, sewa VCD, sampe berburu DVD bajakannya yang sudah keburu hilang di pasaran kota kembang. Akhirnya ketemu VCD originalnya di Disc Tara. Walaupun udah sangat gak level nonton VCD, lumayan juga untuk koleksi minimal. Seberapa gak pentingnya pun film ini, saya suka..!!
“I’m not gonna tell the story the way it happened, I’m gonna tell it the way I remember” (Pernyataan yang sesuai dengan konsep film Memento mengenai memori*).
Dan inilah memori seorang Finn Bell mengenai masa lalunya.
Seorang anak lelaki dengan kepolosannya menghadapi dunia, dihadapkan pada keanehan manusia dalam kehidupan. Diawali dari pertemuan dengan seorang buronan (Robert de Niro) yang kemudian tertangkap, dijadikan teman bermain seorang gadis kecil keponakan wanita aneh di rumah mewah yang kumuh tak terurus, kepolosan dan ketulusan Finn membawanya pada nasib baik sekaligus buruk. Miss Dinsmoore (Anne Bancroft) yang mendendam berpuluh tahun pada seorang pria yang meninggalkannya di altar pernikahan, menjadikan keponakannya, Estella, (Gwyneth Paltrow) sebagai alat untuk membalas pengalaman buruknya kepada kaum pria.
Sial bagi Finn, ia terjebak untuk terlibat permainan berbahaya itu semenjak ia jatuh cinta pada Estella. Namun tanpa disangka, jalan terbuka baginya untuk berusaha “menaikkan derajat” dari anak keluarga miskin menjadi seseorang yang pantas disandingkan dengan Estella. Sayangnya, alur nasib terus membulak-balik perasaan dan harapan Finn.
Adegan-adegan terbaik di film ini adalah kemunculan Estella. Gwyneth Paltrow sangat cocok tampil sebagai gadis glamour snobbish dan dingin. Ketika adegan-adegan beralih dari Estella ke kisah kemunculan kembali sang buronan, flow film sempat terasa menurun karena seolah terlepas dari alur sebelumnya. Padahal, semua masalah yang muncul itu saling berkaitan.
Entah seberapa hebat sebetulnya kisah cinta antara Finn dan Estella, tetapi romantisme yang gelap terbangun pada adegan-adegan film ini. Nuansa kesuraman membawa kita merasakan kepedihan Finn dan juga Miss Dinsmoore saat mereka bertemu terakhir kalinya. Keseluruhan kisah Great Expectation bukan sekedar kisah cinta, tapi juga mengenai ketulusan dan kasih sayang secara lebih universal, seperti yang digambarkan dalam hubungan Finn dan Joe, kakak iparnya. Dan seiring narasi Finn, kita pun diajak memahami tentang perkembangan jiwa dalam pemaknaan hidup seorang anak lelaki yang tumbuh menjadi dewasa.
Beberapa tokoh mengalami pergantian nama dari novel aslinya, dan alurnya pun banyak mengalami perubahan, terutama penyesuaian dengan jaman tanpa melepas esensi cerita.
Sebuah versi adaptasi novel yang memiliki identitas sendiri. Keglamouran versi 90an dan adegan klasik seperti holding hands on the seashore, looking at the sunset atau berlari di tengah hujan menjadi kombinasi yang cukup berkelas. Walaupun cenderung lebih explisit, ending versi Alfonso Cuaron membawa semangat a la Dickens pada ending novelnya, yang bisa membuat para pembaca/ penonton lega sekaligus bertanya-tanya.
Jadi, walaupun ada beberapa adegan “dangdut”, jangan anggap ini film kacangan ala Hollywood. Dan, yap... Gwyneth bekilau di bawah sinar matahari.
1 comment:
yeah, i like this movie too. cukup berkelas, en walo gwyneth agak2 cold disini gue seneng ada dikit emosional dari filmnya sndiri. i love cuaron.
cheers,
hn
visit my movie blog http://hanitje.blogdrive.com
Post a Comment