Wednesday, December 23, 2009

My Moon Child syndrome

Ternyata film Moon Child bisa mengobati kegaringan yang melanda setelah menonton New Moon dan Ninja Assassin.

Moon Child

Director : Takehisa Zeze
Producer :
Takashi Hirano
Screenwiter :
Gackt Camui,Isuchi Kisyu,Takehisa Zeze
Starring :
Gackt Camui,Hyde,Wang Lee Hom,Zeny Kwok,Taro Yamamoto
Released : 2003


Moon Child adalah film Jepang, artinya di sini aktor Jepang memerankan tokoh orang Jepang, dan aktor Cina memerankan tokoh orang Cina. Ini adalah film jepang, yang jalan ceritanya sulit ditebak dan sulit pula bagi penonton untuk menyusun suatu harapan tertentu mengenai endingnya. Ini adalah film Jepang, yang tanpa dialog pun kita dapat mengetahui perasaan maupun pikiran tokohnya melalui ekspresi wajah, lirikan mata,helaan nafas, maupun sesungging senyum. Ini adalah film Jepang, yang pada dialog-dialog simpel maupun detail-detail tertentu pada gambar dan adegannya bisa berarti sesuatu sehingga tidak boleh dilewatkan. Ini adalah film Jepang, dengan aktor-aktor utamanya merupakan penyanyi populer yang punya gaya super cool atau super norak (tergantung subjektifitas dan dari perspektif mana kita melihat). Ini adalah......tunggu, film Jepang ya? Oh pantes, bukan film Hollywood.

Moon Child adalah film yang serba tanggung. Tanggung sebagai film gangster, tanggung sebagai film vampir, tanggung sebagai film futuristik, tanggung sebagai film kisah cinta.
Yang bisa dikatakan paling berhasil di sini adalah ditampilkannya dua penyanyi populer J-Pop (atau J-Rock? Atau J-whatever??) yang dipuja begitu bnyak penggemar.Merekalah warna utama film ini.

Gackt dan HYDE, yang sudah belasan tahun berkarir dan masing-masing memiliki eksistensi tersendiri di industri musik jepang, kali ini bersama melakukan debut akting di film. Bisa dibayangkan histeria para pengemarnya?

Gackt-HYDE....aaa....awwww!!!!


Tidak kalah penting, di film ini juga ada
Wang Lee Hom, penyanyi/ pemusik Taiwan yang lahir dan besar di Amerika dan sudah belasan tahun juga berkarir sukses jadi idola. Sebelumnya Leehom sendiri sudah pernah bermain di dua (atau tiga) film produksi Hong Kong.

Alexander Wang Lee-Hom


Karena itu lah, dalam hal menonton film Moon Child, bagi yang tidak kenal Gackt dan HYDE, ada beberapa kemungkinan:

a. Tidak akan perduli pada film ini
b.Tidak sengaja menontonnya, tidak suka pada filmnya justru karena melihat dua tokoh tersebut.
c. Tidak sengaja menontonnya, tidak suka pada filmnya, tapi suka pada para pemerannya.
d. Tidak sengaja menontonnya, suka pada filmnya
e. Bonus dari opsi d, berakibat jadi suka pada pemeran tokoh utamanya.
f. Bonus dari opsi c dan e, berakibat jadi suka pada aliran musik mereka
g. Menonton entah sengaja atau tidak, tidak suka baik pada filmnya, maupun pada pemerannya.
h. Menonton karena ada Wang Leehom, dan selanjutnya seperti opsi c-f

Bagi penggemar dari Gackt & HYDE, atau salah satunya, pasti kecil sekali kemungkinan untuk melewatkan film ini dengan sengaja. Dan kecil sekali kemungkinan untuk tidak tergila-gila pada film ini. Dan tidak mungkin tidak akan makin tergila-gila pada idolanya di sini.

Bagi yang tidak suka, atau tepatnya anti atau mungkin juga benci pada keduanya, sangat kecil kemungkinan untuk tertarik menonton film ini, tapi beberapa opsi di atas bisa berlaku juga, atau menontonnya dengan sengaja untuk mengumpulkan bahan menghujat film maupun para pemerannya.


Nah, mari kita melakukan pembahasan yang obyektif.

Seperti yang sudah disebut di atas, film ini serba tanggung dengan banyak “lubang” dalam hal cerita maupun visualisasi. Salah satunya mengenai timeline. Kisah dimulai di tahun 2000 dan berlanjut sampai beberapa puluh tahun kemudian. Namun kita tidak merasa ada perbedaan yang mendasar dengan masa “sekarang”.
Bahkan pakaian pun tidak memiliki keistimewaan (selain mungkin, celana ketat dan jaket "tukang ojeg" yang dipakai Sho??). Kita memang tidak perlu mengharapkan ditampilkannya tahun 2045 dengan gedung-gedung berbentuk kapal luar angkasa, taxi terbang atau mesin teleportasi, telekomunikasi dengan hologram, senjata laser dll. Tapi dengan tidak adanya perbedaan signifikan apabila dibuat waktu aktualnya di jaman sekarang, keterangan setting waktu yang ditampilkan jadi tidak begitu penting selain untuk menghitung umur tokoh-tokohnya. Anggaplah, bagian terakhir film itu di sekitar tahun 2003, berarti film dimulai dengan latar waktu tahun..1958. Atau jangan-jangan justru sutradaranya merasa lebih sulit menampilkan situasi jaman dulu, sehingga memilih alur ke masa depan.

Sebagai film gangster, Moon Child mengangkat konflik antar mafia yang disisipi dasar konflik antar bangsa, konflik sosial dan kepentingan ekonomi di antara masyarakat marjinal yang harus bertahan hidup di suatu daerah fiksi Mallepa, kantung imigran di daratan cina. Film ini juga menyuguhi banyak aksi tembak menembak, dengan koreografi yang cukup menarik dan cukup lucu. Dalam hal ini, Moon Child sedikit mengingatkan pada film Time and Tide. Adalah keahlian sutradara untuk membuat para aktor aksi "amatiran" ini bisa tampak keren saat memegang pistol, berkelahi dan melakukan pose-pose tertentu dengan kostum, model rambut dan make-up yang tetap "gaya". Sayangnya, ada beberapa adegan yang konyol sebetulnya tidak penting untuk tetap ditampilkan, dan beberapa aksi yang janggal hanya bisa kita maafkan.

Siapa yang lebih ganteng?


Sebagai film vampir, ada sedikit cipratan-cipratan film Interview with The Vampire, yaitu dalam hal hubungan antar tokoh dan dialog ala vampirnya. Sedikit suasana surealis pun ada, juga aksi vampir dengan "kesaktian" yang cukup kita kenal: bisa terbang, atau loncat sangat tinggi, bergerak sangat cepat, dan punya daya pulih untuk tiap luka sehingga hanya bisa mati dengan cara-cara tertentu… yang kita juga sudah tahu.

Gambar ini memang mencurigakan. Tapi ini adalah
gambar dari salah satu adegan yang penting
dan berkesan di film ini.


Sebagai kisah cinta dan persahabatan, film ini cukup menyentuh dengan cinta segitiga dan konflik antar sahabat. Status vampir pun menjadi aspek penting (untunglah, tanpa kisah macam di seri Twilight). Kita temukan juga konflik antar saudara yang sayangnya tidak cukup tereksplor di sini. Hampir kumplit, mirip kisah drama tragis Korea.

Gackt, HYDE dan Wang Lee Hom, juga para pemeran lainnya tampil sesuai kapasitas masing-masing.
HYDE sebagai Kei, Vampir dengar umur jauh lebih tua dibanding tampilan fisiknya, memang tidak sekeren dan sekharismatik Lestat, maupun Count Dracula. Tapi cukup untuk karakter Kei. Cukup suram, cukup menyedihkan.
Gackt yang memerankan Shou, anak yang sejak kecil bersahabat dan tumbuh bersama Kei, cukup mampu menampilkan perkembangan karakternya, sehingga kita akan bisa memaafkan make-up wajahnya, dan pilihan fashionnya. Taro Yamamoto sebagai Toshi, sahabat Sho dari kecil tampil memikat dan menyeimbangkan keberadaan para tokoh idola walau porsi perannya tidak begitu banyak. Wang Lee Hom sebagai Son, pemuda asal taiwan yang dibawa jalan nasib bergabung dengan geng Kei & Sho tampil tak kalah memikat. Sayangnya tidak cukup banyak adegan untuk mengeksplorasi konflik yang dialami Son mengenai pilihan-pilihan hidupnya. Zeny Kwok sebagai Yi Che, adik Son merupakan pemanis yang tepat tanpa bicara, cukup dengan melamun, menatap dan tersenyum. Memang karakternya tak perlu dieksplor lebih jauh.

Yi Che-Kei-Sho-Son-Toshi

Sebagai suatu rangkaian adegan, rangkaian gambar, rangkaian aksi dan dialog, berbumbu musik, Moon Child menjadi suatu karya yang unik dengan caranya sendiri. Kita bisa menikmatinya sebagai film yang tidak tampak ambisius dengan big budget, tapi berhasil membuat momen-momen yang kuat dan memikat. Keterbatasan visual film ini termaafkan dengan muatan cerita yang cukup padat dan walau tidak terlalu mendalam, bukan berarti tanpa pesan. Sementara kejanggalan-kejanggalan dari cerita termaafkan dengan penampilan para aktornya.

Bisa dikatakan, justru karena tidak seberat dan tak mrncaapai surealisme seperti film Interview with the Vampire, maka hubungan antar tokohnya terasa lebih dekat dengan kita-dengan kemanusiaan dibandingkan dengan, dalam hal ini, Lestat - Louis - Armand - Claudia. Karena tidak semengharu-biru film drama Korea, maka konflik percintaannya itu jadi cukup. Tidak mengambil porsi yang besar, tapi terasa pengaruhnya. Konflik antar mafianya pun cukup jelas dan dilematis, tanpa perlu ditampilkan sekompleks film mafia Hong Kong.

Segala hal tanggung yang terdapat di film Moon Child ternyata menjadi resep yang pas dan bisa membuatnya menjadi tontonan yang menarik, menghibur, mengharukan, walau tidak membuat kita berpikir dan memaknai film ini lebih mendalam.

Jaket putihnya mungkin sudah dikapalkan bersama kontainer baju bekas ke Indonesia,
dan dipakai oleh salah satu vokalis band di Indonesia
yang menggunakan angka 12 di nama bandnya.

Jaket merahnya...aku mauuuu


sambalado's Trivia:

Moon Child Syndrom II


No comments: